
Puisi-Puisi Wawan Kurniawan
Dokumen Ini Sengaja Ikut Dihilangkan
telah digenapkan perhitungan kalah menang
kepada mereka dengan nama tercatat di dalam sini
ada sisa-sisa ketakutan dituliskan dengan saksama
nanti, jangan sebut lagi namaku
di dalam dokumen hanya ada terik gurun
gersang tak berujung tanpa teduh sama sekali
rencana hari ini hanyalah siasat orang kalah
peristiwa pun hendak berteriak-teriak di lembar kusam
tapi menjelma aliran waktu yang beku berabad-abad lamanya
dokumen ini, bagaikan fatamorgana atas laporan bahagia
milik para penguasa – memanjakan rakyatnya penuh sia-sia
mereka sengaja, mengajak kita menangkap angin musim kesekian.
Sebelum Pengadilan
kursi tua itu ditakdirkan bersaksi
untuk dinding jantung orang bersalah
kecemasan mereka bersandar selamanya
kitab suci telentang bernyanyi – berbahagia
sebab sumpah jadi not tunggal yang jatuh di lantai
tanpa irama dan suara merdu itu sebatas angan belaka.
jam dinding dan kalander membunuh langkah kecil
para waktu kala berkejar-kejaran seperti anak sekolah dasar
sebelum pengadilan, palu itu telah mengetuk tubuhnya, hingga
remuk seketika dan putusan tak lagi jadi apa yang diharap kemarin.
Aku dan Sejumlah Kematian
aku kira di masa kehilangan ini, kematian akan ikut padanya.
di jendela pesawat, kamar, dan kantor – mereka berbaris rapi
aku tak ingin mengenal mereka satu per satu – aku bukan –
seseorang yang ingin menanggalkan kehidupan dengan sukarela.
Sebuah Rencana
di setiap takaran racun
telah disimpan siasat rahasia
antara kehidupan dan kematian
jantung selalu tabah menerima
seluruh jalan pada aliran darah
sebab kaulah rencana bagi akhir dari
tetes luka penderitaan orang-orang kalah.