Fb. In. Tw.

Mengenal Nunu Nazarudin Azhar dari “Jeblog”

Pada bulan Oktober tahun 2007 saya diajak untuk terlibat sebagai aktor dalam garapan teater yang disutradarai oleh Gusjur Mahesa. Garapan bersama Teater Tarian Mahesa (TTM) itu adalah untuk mengikuti Festival Drama Basa Sunda X (FDBS X) yang diselenggarakan pada 11-29 Februari 2008 dan digelar oleh Teater Sunda Kiwari (TSK) di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung.

Pada proses menuju FDBS X itu Gusjur memilih naskah “Jeblog” karya Nunu Nazarudin Azhar dari beberapa naskah yang disediakan oleh TSK. Naskah itu merupakan pemenang pada Pasanggiri  Naskah Drama Basa Sunda yang diinisiasi oleh Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PP-SS).

Dari bulan Oktober hingga waktu pertunjukan FDBS datang, saya dan teman-teman yang terlibat, seperi Ivan Masdudin, Chandra Kudapawana, Sofia Hafsah, Ani Rengganis, Agung Purnama Putra, M Aditya, Rameli Agam, Jajang Arkidam, Sahlan Bahuy, dll. bergelut dengan latihan dan tentu saja naskah drama yang ditulis oleh Nunu Nazarudin Azhar.

Berbagai metode latihan kami lakukan setiap pagi, siang, bahkan kadang hingga dini hari. Di luar latihan secara fisik dan artistik, Gusjur juga mengharuskan kami mengkaji karakter tokoh yang dimainkan. Artinya, selama proses latihan itu kami berulangkali membaca naskah “Jeblog”. Anehnya, semakin sering dibaca naskah itu semakin menarik, bukan membosankan.

Dalam garapan itu, saya sendiri ditunjuk oleh Gusjur untuk memerankan tokoh Dalka. Singkat cerita mengenai FDBS—yang merupakan satu-satunya pertunjukan teater dimana saya menjadi  aktor, setidaknya sampai hari ini—TTM berhasil menjadi Pinunjul (Juara I) berkat naskah “Jeblog” itu.

Itulah awal perkenalan saya secara literasi dengan Nunu Nazarudin Azhar tokoh (sastrawan) peraih Anugerah Kawistara 2014 Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat ini. Sastrawan yang lahir di Salawu, Tasikmalaya, 23 Agustus 1973, itu kini lebih sering menggunakan nama Nazarudin Azhar dalam karya-karya yang ditulisnya. Kegiatan harian penggemar musik heavy metal  ini adalah bekerja di koran Kabar Priangan (Grup Pikiran Rakyat).

Karya-karya Nunu sering muncul di media massa, seperti di Kabar Priangan, Kujang, Galura, Pikiran Rakyat, Tribun Jabar, Manglé, dan Cupumanik.

Karya-karyanya juga bisa dibaca dalam beberapa buku, di antaranya Nafas Gunung (1997), Gelak Esai & Ombak Sajak (2001), Orasi Kue Serabi (2001), Ti Pulpén tepi ka Pajaratan Cinta (2002), Heulang nu Ngajak Béngbat (2004), Kumpulan Naskah Drama “Jeblog” (2009), Kanagan (2011), dan Katumbiri (2013).

Antologi tunggalnya antara lain, Topeng Keretas (2009), Ngabungbang (2012), dan terakhir ia menerbitkan Dayeuh Kasareupnakeun (2014).

Nunu juga pernah meraih hadiah sastra DK. Ardiwinata dari PP-SS untuk naskah drama Basa Sunda Blor! (1996). Pada pasanggiri naskah drama Basa Sunda tahun 2009, naskah drama Sadrah terpilih menjadi Pinunjul I. Dalam bidang puisi, ia juga pernah meraih hadiah sastra LBSS untuk puisi Pinilih I pada tahun 2005 dan2007. Pada Tahun 2008 menjadi Pinunjul II pada Sayembara Ngarang Sajak Sunda yang diselenggarakan oleh PP-SS.[]

Sumber foto: Yopi Setia Umbara

Pendiri Buruan.co. Menulis puisi, esai, dan naskah drama. Buku kumpulan puisi pertamanya "Mengukur Jalan, Mengulur Waktu" (2015).

Comments
  • Wow senang sekali bisa bermain dengan kang yopi, mantap deh sukses selalu..salam __ sarwani

    9 September 2015

Sorry, the comment form is closed at this time.

You don't have permission to register