Fb. In. Tw.

Runtuhnya Melaka dan Masuknya Jagung ke Jawa

Tahun 24  Agustus 1511 Masehi Melaka (Malaka) menyerah pada Portugis. Bandar hingga kerajaan Melaka dikuasai oleh Portugis. Pada waktu itu bandar Melaka ramai oleh pedagang dari India serta Cina. Setelah 100 tahun berjaya, Melaka akhirnya runtuh juga.

Runtuhnya Melaka bukan karena persenjataan mereka kalah bagus dari Portugis, melainkan karena ada konflik internal yang membuat Melaka dapat dengan mudah dikalahkan.

Pada novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer, runtuhnya Melaka diceritakan pada bab empat. Yaitu bab yang menceritakan Sayid Habibullah Almasawa: seorang Syahbandar Melaka.

Paska runtuhnya Melaka, membuat Sayid Mahmud Al-Badaiwi yang bernama alinya Tholib Sungkar Az-Zubaid pergi meninggalkan kesyahbandaran dan pergi ke Tuban. Di Tuban, Sayid Mahmud Al-Badaiwi alias Tholib Sungkar Az-Zubaid, berganti nama menjadi Sayid Habibullah Almasawa.

Tradisi kerajaan Tuban, ketika ada seseorang ingin menghadap Adipati Tuban, maka harus membawa seserahan. Sayid Mahmud Al-Badaiwi yang telah berganti nama menjadi  Sayid Habibullah Almasawa menyerahkan Zhagung sebagai persembahan untuk Adipati Tuban.

Tholib Sungkar Az-Zubaid  alias Sayid Mahmud Al-Badaiwi alias Sayid Habibullah Almasawa menaruh sejumput benih kuning dari dalam pundi-pundi dan diletakan di atas telapak tangan kiri.

“Orang-orang dungu di Ispanya dan Peranggi mengenal ini beras Turki, ya Gusti. Orang-orang Turki memang suka menipu,  Gusti. Tidak benar ini beras Turki. Yang benar Zhagung namanya, Gusti. Dalam jangka waktu limakali musim panas, seluruh negeri Tuban akan makan beras besar ini, Gusti, insya Allah”

Ia melangkah maju setelah mengembalikan benih dari telapak tangan ke dalam pundi-pundi dan mempersembahkan kepada penguasa Tuban.

Teosinte Nenek Moyang Jagung
Setelah menemukan kata  “Zhagung” pada novel Arus Balik, saya langsung kepikiran dengan riset yang tertunda akibat pandemi Covid-19 mengenai asal usul jagung masuk pulau Jawa. Apakah ada kaitannya dengan runtuhnya Melaka? Lalu apakah benih jagung ini dibawa oleh bekas Syahbandar Melaka ke Jawa?

Sayid Habibullah Almasawa memang diceritakan oleh Pram membawa benih jagung ke Tuban. Benih tersebut dijadikan persembahan untuk Adipati Tuban.

Kemudian saya membuka beberapa studi pustaka mengenai jagung serta asal usul jagung.

Mangelsdorf mengatakan pod corn sebagai nenek moyang tanaman jagung merupakan tanaman liar yang terdapat di dataran rendah Amerika Utara. Teosinte merupakan hasil persilangan antara jagung dan tripsacum. Namun teori ini juga hilang karena tidak didukung oleh data sitotaksonomi dan sitogenetik dari jagung dan teosinte. Menurut Weatherwax (1954, 1955) dan Mangelsdorf (1974), nenek moyang tanaman jagung berasal dari tanaman liar di dataran tinggi Meksiko atau Guatemala, namun teori ini juga tidak bertahan lama. Randolph (1959) mengemukakan bahwa nenek moyang tanaman jagung berasal dari kerabat liar tanaman jagung. Sebelum jagung primitif teosinte dan tripsacum ditemukan, tanaman liar jagung banyak digunakan dan dibudidayakan. Menurut Longley (1941), jagung merupakan mutasi dan seleksi secara alami dari teosinte. Biji teosinte terbungkus berbentuk buah yang keras. Komponen buah ini sama dengan buah jagung, tapi dalam perkembangannya terjadi evolusi, sehingga tidak terbungkus seperti teosinte, dan berubah menjadi tongkol.

Kemudian R. Neni Iriany, M. Yasin H.G., dan Andi Takdir M  dari Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros merangkum hasil penelitian-penelitian para ilmuan terkait asal, sejarah, evolusi, dan taksonomi tanaman jagung.

Beberapa ilmuwan tidak setuju dengan teori jagung berasal melalui proses evolusi dari teosinte dan lebih percaya teori jagung berasal dari kerabat liar jagung. Oleh karena itu, Wilkes (1979) serta Wilkes dan Goodman (1995) meringkas teori asal usul tanaman jagung menjadi empat aliran sebagai berikut:

a.Evolusi jagung liar teosinte langsung menjadi jagung modern melalui proses persilangan dan fiksasi genetik (genetic shift).
b . Jagung dan teosinte berasal dari nenek moyang yang sama, dan terpisah selama proses evolusi menjadi teosinte dan jagung.
c. Terjadi kemajuan genetik dari teosinte menjadi jagung.
d . Terjadi persilangan antara teosinte dengan rumput liar, keturunannya menjadi jagung.   

Jagung sendiri masuk Jawa pada abad ke 16, dibawa oleh Portugis.

Abad ke 16
Latar waktu novel Arus Balik pada abad ke 16 sekitar tahun 1511 ketika Kerajaan Melaka jatuh ke tangan Portugis. Pram, lewat tokoh Sayid Habibullah Almasawa mengabarkan masuknya jagung ke Jawa dibawa oleh bekas Syahbandar Melaka.

Neni Iryani menulis bahwa Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun 1500an dan pada awal tahun 1600an, yang berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Colombus menemukan jagung di Kuba pada tahun 1492 dan membawanya ke Spanyol untuk dikembangkan. Colombus juga kemungkinan membawa biji jagung Carribean tipe mutiara ke Spanyol pada tahun 1493. Kemudian penjelajah dari Eropa Selatan membawa jagung ke Eropa Barat dan pada akhir tahun 1500an, jagung sudah ditanam di hampir seluruh Eropa seperti Italia dan Perancis bagian selatan. Di Eropa, kira-kira selama 100 tahun pada abad XVI, jagung banyak dikonsumsi sebagai sayur dan merupakan tanaman komersial.
(M. Yasin H.G., dan Andi Takdir M, Penyebaran Tanaman Jagung)

Pramoedya Ananta Toer, tidak hanya piawai dalam mengolah peristiwa, namun ia juga jeli dengan hal-hal sepele seperti memasukan diksi “Zhagung” yang dipersembahkan kepada Adipati Tuban. Pram tidak ingin lepas dari konteks cerita yang sedang dibangunnya. Terlepas bahwa novel atau karya sastra bersifat fiksi, Pramoedya Ananta Toer, mencoba menyuguhkan fiksi yang berlandaskan pada sejarah. Atau sering disebut sebagai novel sejarah.

Pada abad 16, runtuhnya Melaka oleh Portugis, menjadi titik balik peradaban di Nusantara. Bahkan mungkin hingga sekarang, apabila ditarik benang merahnya. Seperti penguasaan sebuah Bandar (pusat ekonomi) yang dikendalikan oleh asing.

Post tags:

Sekretaris Redaksi buruan.co. Lahir di Majalengka 14 Januari 1986. Kumpulan puisinya yang telah terbit "Lambung Padi" (2013). Pengelola Rumah Baca Taman Sekar Bandung.

You don't have permission to register