Puisi-Puisi Ann
bayibayi di kota itu:
—stadium iii, bulir
I. di persimpangan
Kaumelihatlihat kota yang tua:
yang menampung jasadjasad tanpa nama
dan lautan bombunuhdiri;
II. di plaza
Kaumelayat dan menjenguk bungabunga kamboja
yang tumbuh di antara tanah dan akar
yang membaui kerikil
dan menghapus amis lenting yang tumbuh dan menjalar
—pada kakikaki yang lelah berlari
pada tangan yang terlalu lama menengadah
pada celah mata yang melembek;
—terlalu lama menampung air; gembung; pucat pasi
III. di stasiun
Kaumendoakan semua yang datang menziarahi
beragam rupanya.
dari yang benarbenar utuh hingga buntung sebelah
dari yang berjalan; berlari; hingga patah—terseok
dari yang bersujud hingga tak mengenal sesiapa di mimbar
atau sesiapa di altar.
rambutrambut yang telah gugur dalam tanah basah
dan geraham yang terpental dari sudut ke sudut
—masingmasing tumbuh menjadi bungabunga yang baru
“dan Kaumenghitung.
Kaumenghitung.
sampai mana
dan berapa lama
kita mesti
ada di sini.”
2024
bayibayi di kota itu:
—stadium iv, kecambah
tetapi Kautahu betul bagaimana melaratnya tubuhtubuh itu dan Kaupaham bagaimana keseluruhannya menuntut pintupintu terbuka dan menghunjam mata pisaunya masingmasing dalam jantung atau barangkali tempurung kepala lalu berharap mungkin esok taklagi dilihatnya airmata ibu atau merah mata bapak yang meraungraung meminta untuk menghidupi semua yang di rumah dan melupakan ringkih yang mematahkan kaki:
pincang.
tertatihtatih atas umur dan rambut yang hampir botak sebab terlalu lama ia menelan:
kepingan beling yang turun dari kata;
serpih kayu yang menumpuk pada frasa;
dan semua
jarum
yang sembunyi dalam potongan paragraf
dan klausaklausa
yang tertimbun
di antara riak
dan anak lidah.
2024
bayibayi di kota itu:
—stadium v, akar
kadangkadang ia menjilat pojok tempat tidur dengan sadar dan berani
sebab kalau ia memilih untuk mengintip apa yang ada di balik jendela
pinggangnya tak akan sempat untuk menempel pada kasur itu.
ada yang menampar dari lemari baju
meminta leher-bahu-lengan-perut dan pinggang untuk masuk:
menyembah kerah baju dan lingkar celana.
ada yang memanggil dari rakrak sepatu
meminta telapak kaki untuk kawin dengan gedunggedung
kadangkadang ia mengilhami cermin yang ada di kamar
yang memantulkan bayang
atas pohon kersen dan sepeda roda dua
lalu tawa kanakkanak yang saling memanggil untuk memanjat
dan memetik buah yang telah kemerahan
kadangkadang ia menyembah bingkai foto itu
melihat sejauh mana rambutnya memanjang
perutnya melebar
pipinya menggembung
ketiaknya menggantung
dadanya membusung
dengan begitu,
mungkin esok atau lusa
ia dapat memperkirakan
sejauh mana ia paham
dan mengerti.
2024
bayibayi di kota itu:
—stadium vii, daundaun
malam ini malamnya kita kembali mengingat apaapa yang telah ditelan dan dikunyah dan dicerna dalam otak mulai dari ruh yang mengambang pada liang rahim lalu gumpal darah lalu genap sebagai janin sebelum akhirnya benarbenar keluar sebagai bayibayi yang menangis sebab terlalu senang atau terlalu sedih atas ketidakmampuannya untuk menelan air ketuban,
sebab jika “ya”, maka tak perlulah kita melihat
cacatcacatcacatcacatcacatcacat
tak perlulah kita melihat
beratberatberatberatberatberat
tetapi Kaumeyakinkan kita sekali lagi untuk melihat seberapa jauh Adam membelah dirinya sendiri dan seberapa lama ia dapat bertahan.
kita menganggukinya seolah itu putusan yang menuntut;
dengan Jibril sebagai hakim
dan Izrail sebagai palu
—yang menghantam Munkar Nakir
di batas Barzakh dan pohonpohon khuldi.
tangantangan yang basah
—tenggelam antara ketuban dan kencing—
dituntun
untuk menjahit benangbenang merah
pada tubuh yang mulanya gumpalan darah
kakikaki yang keriput
—menyerap tinja dan cairan lambung indung—
dididik
untuk melekatkan daging-tulang-sendi-sumsum-lemak-kulit-dan semua;
tubuh
yang
luntanglantung
“jadilah
maka jadilah.”
2024