Fb. In. Tw.

Joan Baez dan Musik Protes

Manifesto bermusik Joan Baez adalah bermusik untuk menyuarakan yang tertindas. Itulah esensi dari–saya menyebutnya—musik protes. Musik protes merupakan sebuah respon terhadap keadaan; ketidakadilan, ketimpangan, perang, kekerasan, pembungkaman demokrasi, dan diskriminasi.

Gadis ramping berambut panjang ini telah berhasil membuat musik tak hanya sejenis suara dari fenomena intuisi dengan komposisi nada yang sendu tentang cinta. Musik menjadi media untuk menggugat keadaan. Baez merupakan ikon dari gerakan musik protes itu sendiri. Tahun 1963, terjadi aksi besar-besaran di Amerika Serikat. Protes terhadap bom-bom Amerika serikat di Indocina terus dilancarkan. Selain itu mereka pun menuntut pemenuhan hak-hak sipil, seperti pekerjaan, kemerdekaan, dan penghapusan diskriminasi.

Di tahun itu Baez mulai terlibat dalam aktivisme politik, terutama dalam perjuangan hak-hak sipil dan kampanye menentang perang Vietnam. Tahun 1964, Ia menolak membayar pajak sebagai bentuk protes atas meningkatnya belanja militer untuk membiayai perang Vietnam. Ia juga turut membidani kelahiran gerakan bebas bicara di UC Berkeley. Tahun berikutnya, ia mendirikan Institut untuk Study Non-Kekerasan di dekat rumahnya di Carmel Valley.

Joan Baez bukan seorang aktivis dan musisi yang hanya menyuarakan suaranya lewat pamflet dan musik. Joan Baez adalah wanita yang keras kepala. Namun ia juga sadar akan keterbatasannya sebagai seorang perempuan. Ia tak pernah gentar dan terus berjuang dan bergerak menyuarakan protesnya.

Pada tahun yang sama ia pergi ke Hanoi untuk menyatakan ketidaksukaannya atas tindakan negerinya sendiri, Amerika Serikat. Bahkan ketika ia diwawancarai oleh wartawan Lynn Darling dari Wangshinton Post. Joan Baez mengatakan bahwa ia  telah bertolak belakang 360 derajat dengan negerinya sendiri, walaupun Amerika Serikat adalah tanah kelahirannya.

Joan Baez telah menyanyikan banyak hal dan menyuarakan banyak gugatan. Ia telah membuat kita terutama orang-orang yang mendengarkan lagunya pada masa itu peka sampai sentimentil. Lagu-lagunya telah membawa kita pada luka sejarah yang tak henti menangis dan meneteskan darah. Ia sangat terinspirasi dan tergerak oleh Anne Frank, ketika ia membaca memoar The Diary of Anne Frank, ia selalu saja menangis saat membacanya, dan membacanya lagi.

Joan Baez bergerak melawan penindasan dan kekerasan, ia terus melawan tanpa mengenal kata selesai. Ia adalah wanita yang tangguh: wanita pemrotes yang sangat berbeda dari pemrotes wanita lainnya di Amerika Serikat, seperti Jane Fonda yang sama-sama menentang perang Vietnam, Fonda juga pergi ke Hanoi. Fonda menolak setiap kekuasan yang otoriter.

Tahun 1970 perang Vietnam telah selesai, namun setidaknya kesengsaraan masyarakat Amerika Serikat dan dunia belum benar-benar selesai, terutama dari Indocina masa itu. Tetapi Baez terus memprotes, “Selama saya mempunyai suatu tujuan perjuangan, sesuatu yang bisa jadi tempat saya mencurahkan tenaga saya, selama itu beres. Itulah yang saya perlukan untuk menaikkan adrenalin saya.”

Joan baez terus bernyanyi “We Shall Overcome”. Terus bernyanyi dengan memadukan suara bersama anak-anak muda saat itu yang peduli akan keadilan dan kebenaran. Mereka terus bernyanyi, memadukan suara, dengan tenggorokan terganjal haru dan hati yang dilukai perang.[]

Sumber foto: en.wikipedia.org

Post tags:

Redaktur Apresiasi Buruan.co. Giat belajar di Lingkar Studi Filsafat (LSF) Nahdliyyin.

You don't have permission to register