Fb. In. Tw.

Diskusi Ringan, Makan Berat

Teater terbuka di samping Museum Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan destinasi selfie teranyar dan terfavorit mahasiswa UPI. Dengan tidak menyia-nyiakan fenomena ini, di tempat tersebut (Senin, 13/7/2015), Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI mengadakan diskusi ringan sambil selfie diam-diam.

Dalam kegiatan tersebut, ASAS menghadirkan dua pembicara, yaitu Hazmirullah Aminuddin (Redaktur rubrik Pertemuan Kecil Pikiran Rakyat) dan Muhammad Maruf (mantan Ketua ASAS dan cerpenis yang pernah dimuat di Pikiran Rakyat). Diskusi tersebut mengangkat tema mengenai peran media terhadap kesusastraan, khususnya Pikiran Rakyat (PR) di Jawa Barat.

Hazmirullah Aminuddin (kiri), Resna J Nurkirana (moderator), dan Muhammad Maruf. (Foto: Wishu Muhamad)

Hazmirullah Aminuddin (kiri), Resna J Nurkirana (moderator), dan Muhammad Maruf. (Foto: Wishu Muhamad)

Sekira jam dua siang, Muhammad Maruf mulai menyampaikan pengantar tentang posisi media terhadap kesusastraan. “Menurut Maruf, media sangat berperan dengan bentuk sastra kekinian, bisa dilihat dari panjang cerpen yang biasanya ditulis dalam empat halaman HVS, hal ini merupakan standar bagi beberapa media cetak yang mempertimbangkan tata letak pada lembar korannya.

Selain itu, Maruf menjelaskan dari beberapa cerpen yang pernah dimuat di Pikiran Rakyat, tema yang paling sering diangkat adalah masalah pernikahan dan keluarga.

Hazmirullah Aminuddin sebagai pembicara selanjutnya menjelaskan bahwa tidak ada tendensi langsung tentang pemilihan tema tersebut. Hazmi mengatakan bahwa dirinya terbuka dengan segala tema dan bentuk cerpen.

Hazmi memilih karya yang ia anggap “lucu”, maksudnya dari segi tema atau bentuk belum banyak diangkat dalam karya lain. Hal ini berlaku pada kolom puisi, cerpen, esai, dan drawing. Hazmi sedikit mengeluh tentang esai yang pernah diterima olehnya, banyak yang terlalu referensial dan formal, padahal kolom Wisata Bahasa sendiri bermaksud untuk berwisata secara santai.

Sesi diskusi diramaikan oleh beberapa orang yang “gatal” ingin mencari tahu latar belakang PR dalam memuat karya. Di antaranya, Zulfa Nasrulloh yang bertanya tentang fungsi dan tujuan PR dalam memuat karya sastra. Hazmi menjawab dengan mengembalikan fungsi dasar media, yaitu sebagai penampung aspirasi, jadi karya yang dimuat di PR merupakan keinginan masyarakat sendiri, khususnya penulis.

Setelah diskusi ringan, kegiatan dilanjutkan dengan apresiasi dan makan berat. Makan berat tersebut tentu saja dalam rangka buka puasa bersama. Diskusi dan buka bersama ini merupakan ajang silaturahmi bagi anggota ASAS beserta kerabat sebelum Idul Fitri.

Kegiatan ditutup dengan kultum dari duet Ahmad Faisal Imron dan Gusjur Mahesa. Kultum yang disampaikan oleh Ahmad Faisal Imron dan Gusjur Mahesa berkisar seputar proses kreatif dan hubungannya dengan puasa. Dimana berkarya butuh pengendapan, seperti puasa yang di antaranya adalah untuk melatih menahan diri dari segala godaan hawa nafsu.[]

Post tags:

Adhimas Prasetyo, penulis dan pembaca. Buku puisi pertamanya berjudul Sepersekian Jaz dan Kota yang Murung (2020).

KOMENTAR
You don't have permission to register