
Puisi-Puisi Gody Usnaat
Yesus Mati Ditembak
Yesus sedang asyik mengajar anak-anak bernyanyi mazmur
peluru meluncur kena mata jendela, jubah, dan jantungnya
darah tampias macam air sungai hantam batu
para murid lari macam anak-anak babi hutan dikejar anjing
sebagian terluka, sebagian simpan dendam bagai kasuari
siap melakukan serangan balasan
mereka lupa Yesus pernah bilang:
cintailah musuh-musuhmu
usai pemakaman, anak-anak jalan kaki
ke kota, bertemu kepala sekolah,
mengajak kepala dinas pendidikan
bertamu ke rumah bupati
dan anak-anak tanya:
siapa yang tembak mati kami punya guru?
tak cukupkah kalian menembaknya
dengan gaji tak pantas untuk hidup
Ubrub 2021
Di Jalan Baru
di jalan baru, Yesus bertemu mama Maria dan nona Veronika
Yesus capek, lambung tertikam sebab sudah habis bama*
Maria mengajaknya istirahat sejenak
burung gereja hinggap di ranting matoa
dan berkicau sambil menikmati jalan air kali em
Yesus makan papeda bungkus, daging babi
dan mimis buah merah
“kenapa ko turun ke sini?
di Indonesia, tikus tanah punya liang
burung kakatua punya sarang
tapi guru-guru kontrak tak punya tempat
untuk hidup layak
Veronica sibuk bongkar karton
ia bertemu dengan tiga novel:
Pulang, Cantik itu Luka dan Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa
“kaka guru, kas sa ini buku kah?”
Yesus angguk
dan sunyum-Nya melebar
di mata Veronica
Ubrub 2021
*bahan makanan
Yesus Mengajar Anak-anak SD
di depan kelas
Yesus berdiri dan mengajar anak-anak
guru kontrak duduk macam kodok raja
pantau dari belakang
kitab suci
ia simpan di atas meja
kapur tergeletak
macam bapa punya kaki melintang
saat tidur di pinggir tungku
Yesus mulai bercerita:
tentang asal usul pohon sagu
seorang anak angkat tangan dan tanya:
kenapa kami mesti ke sekolah
dan bukan ke dusun sagu?
pertanyaan itu macam angin kencang
bikin foto presiden di dinding goyang
dan bawa aroma sagu bakar
dari dapur mama Maria
menguar di ruang kelas
Ubrub, 2021
Ibu Guru Punya Senyum
berjalan kaki, ibu guru pulang sekolah
di pertigaan jalan yang berlumpur
dan panas siang yang bisa bikin kali em mendidih
kami bertemu, sebagai lebah pekerja
dan bunga putri malu
sa ucapkan salam: “jemalak kebano*”
“ jemalak kebano” ia jawab tersenyum
senyumnya manis jeruk nabire
bintik noda hitam tak satu pun hinggap
di kulit pipinya yang berkeringat
macam kulit matoa matang berembun
untuk kupetik, kupas dan nikmati
di panjang jalan pulang ke dusun
yang menanjak dan licin
Ubrub 2021
*selamat siang
Punya Rumah, Trada Api
tempo dulu, sa macam Haboi, Wali
dan orang-orang di Yokomo
punya rumah tapi trada api
sa jerang air deng apa?
macam au* tiada kapur, itu sudah sa pu hati
bagaimana sa mo mamah sirih, pinang?
macam kasuari, sa jalan jauh
menyusuri sungai
panjat bukit Handolo
ketemu lembah
malam sa tidur di gua,
kepala sandar di yumache walaghau *
pada langit hening, bulan pantau
bebayang pohon senyap di tanah
hutan adalah penjaga sa yang setia
di hari keempat puluh
sa baketemu deng satu perempuan,
ia adalah api, tubuhnya menyalakan fajar
senyumnya percik api makan ranting pohon
hangat dan tak pernah padam
sa mau utuh memilikinya
bawa dia pulang
kasih terang sa punya kampung
bawa masuk ke dapur
bikin tungku menyala
untuk daging babi hutan,
betatas dan pisang
Ubrub 2021
*au= buah lagu tempat menyimpan kapur
*yumache walaghau= bantal kayu