Fb. In. Tw.

Puisi-Puisi Gody Usnaat

Yesus Mati Ditembak

Yesus sedang asyik mengajar anak-anak bernyanyi mazmur
peluru meluncur kena mata jendela, jubah, dan jantungnya
darah tampias macam air sungai hantam batu

para murid lari macam anak-anak babi hutan dikejar anjing
sebagian terluka, sebagian simpan dendam bagai kasuari
siap melakukan serangan balasan

mereka lupa Yesus pernah bilang:
cintailah musuh-musuhmu

usai pemakaman, anak-anak jalan kaki
ke kota, bertemu kepala sekolah,
mengajak kepala dinas pendidikan
bertamu ke rumah bupati

dan anak-anak tanya:
siapa yang tembak mati kami punya guru?
tak cukupkah kalian menembaknya
dengan gaji tak pantas untuk hidup

Ubrub 2021

 

Di Jalan Baru

di jalan baru, Yesus bertemu mama Maria dan nona Veronika
Yesus capek, lambung tertikam sebab sudah habis bama*
Maria mengajaknya istirahat sejenak

burung gereja hinggap di ranting matoa
dan berkicau sambil menikmati jalan air kali em
Yesus makan papeda bungkus, daging babi
dan mimis buah merah

“kenapa ko turun ke sini?
di Indonesia, tikus tanah punya liang
burung kakatua punya sarang
tapi guru-guru kontrak tak punya tempat
untuk hidup layak

Veronica sibuk bongkar karton
ia bertemu dengan tiga novel:
Pulang, Cantik itu Luka dan Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa

“kaka guru, kas sa ini buku kah?”

Yesus angguk
dan sunyum-Nya melebar
di mata Veronica

Ubrub 2021

*bahan makanan

 

Yesus Mengajar Anak-anak SD

di depan kelas
Yesus berdiri dan mengajar anak-anak
guru kontrak duduk macam kodok raja
pantau dari belakang

kitab suci
ia simpan di atas meja
kapur tergeletak
macam bapa punya kaki melintang
saat tidur di pinggir tungku

Yesus mulai bercerita:
tentang asal usul pohon sagu
seorang anak angkat tangan dan tanya:
kenapa kami mesti ke sekolah
dan bukan ke dusun sagu?

pertanyaan itu macam angin kencang
bikin foto presiden di dinding goyang
dan bawa aroma sagu bakar
dari dapur mama Maria
menguar di ruang kelas

Ubrub, 2021

 

Ibu Guru Punya Senyum

berjalan kaki, ibu guru pulang sekolah
di pertigaan jalan yang berlumpur
dan panas siang yang bisa bikin kali em mendidih
kami bertemu, sebagai lebah pekerja
dan bunga putri malu

sa ucapkan salam: “jemalak kebano*”
“ jemalak kebano” ia jawab tersenyum

senyumnya manis jeruk nabire
bintik noda hitam tak satu pun hinggap
di kulit pipinya yang berkeringat

macam kulit matoa matang berembun
untuk kupetik, kupas dan nikmati
di panjang jalan pulang ke dusun
yang menanjak dan licin

Ubrub 2021

*selamat siang

 

Punya Rumah, Trada Api

tempo dulu, sa macam Haboi, Wali
dan orang-orang di Yokomo
punya rumah tapi trada api
sa jerang air deng apa?
macam au* tiada kapur, itu sudah sa pu hati
bagaimana sa mo mamah sirih, pinang?

macam kasuari, sa jalan jauh
menyusuri sungai
panjat bukit Handolo
ketemu lembah

malam sa tidur di gua,
kepala sandar di yumache walaghau *
pada langit hening, bulan pantau
bebayang pohon senyap di tanah
hutan adalah penjaga sa yang setia

di hari keempat puluh
sa baketemu deng satu perempuan,
ia adalah api, tubuhnya menyalakan fajar
senyumnya percik api makan ranting pohon
hangat dan tak pernah padam

sa mau utuh memilikinya
bawa dia pulang
kasih terang sa punya kampung
bawa masuk ke dapur
bikin tungku menyala
untuk daging babi hutan,
betatas dan pisang

Ubrub 2021

*au= buah lagu tempat menyimpan kapur
*yumache walaghau= bantal kayu

Guru agama katolik di Keuskupan Jayapura-Dekenat Keerom-Paroki St.Bonifasius-Ubrub. Buku puisi pertamanya berjudul Mama Menganyam Noken masuk nominasi lima besar KSK 2020. Kini tinggal di kampung Umuaf, Distrik Web, Kab. Keerom, Papua.

KOMENTAR
You don't have permission to register