Fb. In. Tw.

Look For: Perjalanan Menuju Ketidaksempurnaan

Babak pencarian seseorang akan menemukan jalannya masing-masing melalui cara dan medium yang sangat beragam. Serupa siklus daur hidup, pameran solo pertama Setia Adhi Kurniawan adalah babak kelahiran yang menandai pijakan pertama dirinya bergelut dengan dunia yang lebih luas.

Mengambil tema Look for, Adhi, mencoba membaca keresahan yang terus bergelut dalam dirinya melalui medium cat air yang baginya cukup representatif untuk menumpahkan ide-ide pencariannya.

Arus utama yang coba Adhi hadirkan pada pameran solonya adalah pencarian identitas. Tema yang pernah ditemukan pada proses kreatif seniman lain dalam ranah seni rupa seperti yang pernah dilakukan FX Harsono (Things Happen When We Remember, 2014) dengan pencarian identitas seorang Tionghoa dalam semesta ke Indonesiaan. Berbeda dengan Harsono, proses pencarian Adhi masih berada pada tahap yang sangat mendasar. Proses pencarian yang berangkat dari titik subjektif tentang respons dirinya terhadap medan sosial di mana ia berada.

Medan sosial dalam kekaryaan Adhi sangat penting untuk ditonjolkan karena semua karyanya terlahir dari proses dialektis yang cukup intens dengan lingkungan sosial hidupnya. Adhi yang memulai proses berkarya dari jalanan dan bersentuhan dengan aktivitas sosial lintas kalangan, menganggap ranah sosial tempat ia hidup memberikan stimulus dalam membentuk perspektif dirinya tentang kesadaran bahwa karyanya adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosialnya.

Rohandi seperti dalam pengantarnya pada diskusi yang dihelat pada 24 Juli 2018 lalu di Humanika Artspace, membaca kekaryaan Adhi dengan bahasa pencarian identitas dalam hingar bingar dunia hari ini, di mana sudah tidak terlihat lagi batas antara kotak-kotak disiplin yang menelikung dan membatasi ruang gerak seorang seniman. Adhi yang bertolak dari keilmuan desain komunikasi visual mencoba melebarkan sayap berkarya seni rupa dalam wilayah yang sangat subjektif dengan memanfaatkan medium cat air.

Karya-karya Adhi yang dipamerkan kali ini adalah sebuah narasi yang menggantung, asing, dan rentan. Hal itu terlihat dari sosok yang dihadirkan Adhi adalah bentuk yang tidak utuh, samar, dan pada bagian lainnya bahkan menghadirkan tubuh yang telanjang.

Bagi penulis, upaya Adhi dalam menghadirkan sosok tubuh yang tidak anatomis dan telanjang adalah sebuah tantangan bagi dirinya sendiri untuk menghadirkan kejujuran, kepolosan, serta mencoba untuk membongkar sekat-sekat antara karyanya dan apresiator, sehingga sangat terbuka menjadi ranah interaksi bagi berbagai kalangan kelas sosial mana pun untuk mencurahkan gagasan, kritik, atau refleksi terhadap karyanya.

Proses pencarian bagi Adhi adalah kontingensi karena tidak akan menemukan titik henti. Justru pada saat proses pencarian berhenti, maka di sanalah letak kematian proses kreatif yang berarti putusnya daur hidup kekaryaan. Memilih mati muda sebelum beranjak ke tahap perkembangan selanjutnya. Dengan kata lain, kesempurnaan dalam berkarya bagi Adhi adalah kecacatan atau menegasikan kenyataan bahwa kehidupan tak selamanya berjalan linear dan mulus.

Pada titik itulah kekaryaan Adhi menarik untuk ditafsirkan. Sangat terbuka untuk dimasuki secara acak dari pintu mana yang kita inginkan. Misalnya, kita bisa menengok karya Adhi dengan judul “Happiness Will Give Happiness”. Menghadirkan bentuk kaki telanjang yang bagi penulis di situlah titik pertama Adhi melangkah dalam siklus daur kekaryaannya. Kaki dapat dibaca sebagai langkah yang dapat diarahkan untuk membawa seseorang bertualang atau memilih menepi dan masyuk dengan kemapanan.

Tapi Adhi memilih untuk membuat kekacauan dan membiarkan keteraturan dimaknai acak, dengan bentuk gambar yang tidak anatomis dan bergantian memilih bagian tubuh lainnya seperti; wajah yang tak utuh atau sepenggal tangan atau sekadar guratan-guratan yang manasuka.

Proses pembuatan karya Look for intensitasnya yang paling tinggi berlangsung  selama dua tahun meskipun jika direntangkan, persentuhan Adhi dengan medium cat air telah dimulai sejak tahun 2007. Artinya ada waktu sebelas tahun proses pembentukan kekaryaan yang sesungguhnya menunjukkan konsistensi Adhi (meskipun masih harus diuji seiring perkembangan waktu).

Baca juga:
Diskusi Budaya Ngopi
Tokoh-tokoh yang Ganjil

Pameran Look for berlangsung dari tanggal 24 Juli hingga 8 Agustus 2018 di Humanika Artspace, Jl. Bojong Koneng Atas Perumahan Kavling 75 No. 87 Cikutra Bandung.

Proses pencarian  identitas Adhi terus berlanjut dan butuh waktu untuk menguji konsistensi Adhi dalam ranah cat air dan responsnya terhadap medan sosial yang ia geluti sehari-hari. Akankah Adhi beranjak berkembang atau memilih mati muda dalam membentuk kekaryaannya? Pergulatan ini hanya dapat dijawab Adhi sendiri dan sangat mungkin prosesnya akan penuh kecacatan atau kekacauan sebab kesempurnaan adalah mustahil.[]

KOMENTAR

Penulis lepas. Tertarik pada kajian musik, seni, dan perkotaan. Tinggal di Bandung.

You don't have permission to register