
Lantunan “Sembojan” di Sabtu Malam: Entitas Pendek Menolak lupa ala Tigapagi
Jurusan pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar event Pekan Raya Sejarah 2016 dengan konser musik yang bertajuk “Historical Tramod Project 2016” pada Sabtu 19 Maret 2016. Acara dimulai pada pukul 13.00 WIB sampai dengan larut malam. Para pengunjung–yang didominasi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah−sangat antusias mengikuti acara tersebut sampai malam, tentunya menanti penampilan salah satu pengisi acara spesial, band Tigapagi.
Pada malam itu, sambutan hangat dari para pengunjung/penonton semakin terasa ketika para punggawa band dengan formasi trio ini, yang digawangi oleh Sigit Agung Pramudita (Gitar, Vokal), Prima Dian Febrianto (Gitar) dan Eko Sakti Oktavianto (Gitar, Bass) mempersiapkan penampilan mereka di panggung. Para pengunjung pun serentak menertibkan diri dengan duduk lesehan demi kenyamanan menikmati suguhan musik yang khas ala Tigapagi.
Band yang mengusung genre “Folkways Eksperimental” ini melantunkan beberapa hits andalannya dalam album pertama mereka yang rilis pada tahun 2013 lalu, Roekmana’s Repertoire, antara lain “Yes (We Were Lost in Our Hometown)”, “S(m)unda”, “Heufken”, “Tangan Hampa Kaki Telanjang”, “Batu Tua”, “Alang-Alang”, “Erika”, dan ditutup dengan lagu paling ditunggu, yang dirilis pada 30 September 2015, sebuah entitas pendek berjudul “Sembojan”.
Dari seluruh tembang yang disuguhkan pada malam itu, “Sembojan” menjadi penyempurna dari penampilan mereka. “Sembojan” merupakan representasi isu fundamental masyarakat tentang kesadaran akan tanggung jawab sebagai manusia dalam menegakkan keadilan sosial dalam kelangsungan hidup yang dihadirkan dalam liriknya.
Dan secara implisit, merupakan bentuk persuasif menolak lupa serta tetap kritis terhadap sebuah peristiwa−Gerakan 30 September 1965−yang nyaris terhapus dari sejarah dan terlepas dari ingatan masyarakat dewasa ini, sebagaimana yang disampaikan Sigit sang Vokalis sebelum “Sembojan” ini dilantunkan.[]