
Isola Gamma: Villa Isola Diterbangkan ke Luar Angkasa
Siapa yang tidak kenal Villa Isola, gedung bergaya art deco di utara kota Bandung itu menyimpan kesan tersendiri di hati masyarakat. Entah sebagai gedung bergaya Belanda yang kini menjadi tempat bagi civitas kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), atau sebagai gedung yang memang unik dan layak menjadi destinasi wisata. Hingga banyak yang sekedar berfoto, mengobrol, atau belajar di sana.
Malam itu (22/10/15), tidak seperti biasanya, halaman gedung Villa Isola penuh sesak oleh orang-orang yang ingin menyaksikan video mapping bertajuk “Isola Gamma”. Mapping ini merupakan yang pertama, hingga siapapun bukan hanya dari kalangan mahasiswa UPI, tapi seluruh masyarakat Bandung berbondong-bondong ingin menyaksikan seperti apa bangunan tercantik di utara kota Bandung itu ketika diberikan efek visual.
Mapping tersebut merupakan karya komunitas Uvisual berkolaborasi dengan Humas UPI, dan menjadi satu dari berbagai acara menarik yang disuguhkan Djamoe #5. Acara tersebut adalah acara empat tahunan yang dimulai sejak tahun 2000 dengan nama Djamoe Tjap IKIP. Dengan spirit selalu menghadirkan kejutan rupa bagi masyarakat luas, pada Djamoe #5 menghadirkan keindahan seni visual.
Isola Gamma
Isola dalam keadaan gelap, sunyi. Satu persatu setiap lekuk gedung tersebut memunculkan garis cahaya. Bergantian setiap sudutnya, setiap ruasnya, sedikit demi sedikit memunculkan bentuk gedung yang megah bercahaya. Lalu suara-suara digital saling bersahutan, berkolaborasi dengan efek gambar yang aktraktif. Semakin lama semakin cepat dan memuncak, berhenti mendadak, lalu senyap. Saat itu pun penonton bersorak.
Penonton seperti terbawa kembali pada pertemuan pertama mereka dengan Villa Isola. Sebuah kesan yang sudah lama tersimpan di alam bawah sadar mereka. Karena setiap pertemuan pertama selalu menciptakan kesan takjub, malam itu pun semua penonton kembali takjub melihat gedung yang setiap hari mereka hiraukan saat beraktivitas.
Isola gamma dimulai dengan eksplorasi visual gedung Isola. Menghadirkan Isola yang dikemas sebagai sebuah gedung yang robotik. Ada kesan mekanik hadir di awal mapping, menciptakan cerita bahwa gedung tersebut terbangun dari mesin-mesin dan teknologi yang canggih. Hal tersebut menciptakan kesan lain dari Villa Isola yang kita ketahui merupakan gedung lama dan klasik.
Setalah itu, cahaya menjadi sorot lampu yang menyusur setiap sudut gedung, seperti imaji lampu senter yang mencari, yang investigatif, dan pada akhirnya membawa gedung tersebut pada kesan mistisnya. Bisa dipastikan bahwa Uvisual mengajak penonton pada sudut pandang yang lain tentang Villa Isola yang merupakan gedung tua dengan segala kesan horornya.
Permainan kesan ini menjadi konsep yang terus berulang dalam Isola Gamma. Masa lalu, masa kini, mistis, dan canggih, dihadirkan melalui berbagai peristiwa. Peristiwa masa depan dihadirkan melalui Villa Isola yang robotik dan mekanik. Selain itu dihadirkan pula lanskap antariksa yang dipadukan dengan bentuk Villa Isola yang menawan. Sementara peristiwa masa lalu dihadirkan melalui scene perang Bandung Utara yang menghancurkan gedung tersebut.
Mitologi pun dihadirkan dalam mapping Isola Gamma. Selain efek musik tradisional yang telah dikontemporerisasi, ikon mitologis pun hadir dalam rupa seorang perempuan yang menari. Penghadiran mitologi ini secara kasat mata menampilkan seorang perempuan yang menari dan mengakhiri tariannya dengan mengacungkan tangannya ke atap gedung. Namun melihat tampilannya yang hologram kuning, seolah menggambarkan pencampuran dua konsep berpikir, yakni konsep mitologi timur yang merangkum perasaan mistis dan israsional, bercampur dengan konsep modern yang rasional dan canggih.
Kiranya dua hal tersebut menjadi narasi yang dihadirkan mapping Isola Gamma. Sebagai tempat bagi bernaungnya kampus pendidikan dengan segala dinamikanya, pertunjukan mapping tersebut seolah menawarkan jawaban bagi arah pendidikan Indonesia. Bagaimana Barat dan Timur, mitologi dan modern, klasik dan kontemporer, berpadu dan berdinamika mengikuti dan mengkritisi zamannya.
Lalu akhir mapping pun menjadi jawaban ke mana sebaiknya penonton bergerak dan pendidikan seni berjalan. Yakni, penonton diajak menyaksikan sosok Villa Isola yang melepaskan dirinya dari struktur gedung yang klasik, yang lampau dengan mengecilkan dirinya, lalu memutar arah, berubah bentuk menjadi sebuah pesawat luar angkasa yang canggih dan membawa penonton terbang menuju jagat yang lebih luas.[]