HUT 60 Tahun UPI Merakyat
Rektor UPI, Sunaryo Kartadinanta Joged dangdut pada HUT UPI ke-60. (Foto: Zulfa Nasrullah)
Pak Rektor yang biasanya hanya duduk di ruang rapat atau pertemuan resmi, pada Jumat, 17 Oktober 2014, beliau berjoged dangdut dengan mahasiswanya yang manis dan bersuara merdu. Maklum, namanya juga penyanyi dangdut, sikapnya yang genit lagi menggoda menjadi wajar di dalam panggung. Karena pada bagian itu, panggung menjadi legitimasi norma baginya.
Bahwa Rektor dan mahasiswa itu hanya sedang bersuka ria. Buktinya mahasiswa dan para pejabat kampus tepuk tangan dan amat simpatik pada mereka.
UPI memang sedang merayakan hari jadinya yang ke-60. Konsep yang dibuat dalam perayaannya kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep yang diusung adalah pesta rakyat. Seluruh civitas akademika UPI menggunakan kebaya dan baju pangsi.
Ada yang menggunakan caping petani dan iket sunda. Dengan make up menor seperti badut dan berkacamata, mereka merayakan hari jadi instansi kebanggan mereka dengan tarian dan nyanyi bersama.
Konsep ini barangkali dimaksudkan untuk mendekatkan mahasiswa dengan birokrasi kampus. Budaya birokrasi merakyat ini memang sedang menjadi trend di semua instansi di Indonesia. Barangkali semua terilhami oleh Pemilu Presiden beberapa saat lalu. Dimana masyarakat lebih simpati pada sosok pemimpin yang dekat dengan rakyatnya.
Tapi jika maksud pesta rakyat itu adalah politis, barangkali terlambat. Sebab Bapak Sunaryo Kartadinata telah memimpin UPI selama dua periode dan tahun ini adalah tahun terakhir kepemimpinannya.
Namun, tidak menutup kemungkinan hal ini diupayakan sebagai cara mendorong wakil-wakilnya yang menurut kabar masuk ke dalam list calon rektor selanjutnya.
Budaya merakyat memang berdasar pada hakikat demokrasi itu sendiri, dimana pemimpin itu berasal dari rakyat dan bekerja untuk rakyat. Semoga konsep perayaan yang merakyat ini tidak hanya menjadi cangkang yang memanfaatkan simpati mahasiswa saja.
Misalnya, simpati itu digunakan sebagai upaya menutupi kebijakan yang merugikan mahasiswa. Karena bukan lagi rahasia jika kebijakan kampus hingga saat ini belum seutuhnya melibatkan mahasiswa.[]
