
DROP-IN DIALOGUES: Mengintip Tubuh dan Ekspresi
Tujuh orang dari beragam profesi berada di ruangan. Mereka duduk melingkar di ruangan yang tak besar, bahkan cenderung kecil. Tapi, ruang itu cukup untuk menampung mereka.
Tentu saja, mereka tak hanya duduk. Selain mereka, ada seseorang yang berbicara sambil sesekali berinteraksi dengan mereka. Seseorang tersebut lalu berganti dengan seseorang baru. Ketujuh peserta tersebut menyimak. Sesekali bertanya dan berpendapat.
Gambaran di atas merupakan suasana yang terjadi kala acara Creative Writing Workshop dan Dramatic Reading Workshop (Minggu, 29/04/2018). Kegiatan bertempat di kafe Please, Please, Please! Jalan Progo No. 37, Bandung.
Kegiatan Workshop tersebut merupakan rangkaian pertama dari acara DROP-IN DIALOGUES yang digagas oleh komunitas kreatif Fat Velvet. Kegiatan tersebut hadir atas keresahan anggota Fat Velvet mengenai budaya penulisan dan membaca. Masalah mengenai budaya penulisan dan membaca ini tidak hanya berlaku pada masyarakat pada umumnya, tapi juga pada pelaku industri kreatif.
Menurut Sasqia Ardelianca, salah satu pendiri kolektif kreatif Fat Velvet, menjelaskan bahwa selain hadir atas keresahan, kegiatan tersebut merupakan bentuk dari kampanye yang selalu diusung oleh Fat Velvet.
“Kegiatan ini juga merupakan bagian dari kampanye kita soal tubuh dan ekspresi. Menulis adalah bentuk dari tubuh, sedangkan dramatic reading merupakan wujud dari ekspresi itu sendiri,” ujar wanita yang juga mahasiswa arsitektur di Universitas Parahyangan ini.
Persoalan tubuh dan ekspresi ini jadi kampanye Fat Velvet karena melihat fenomena manusia yang kehilangan eskpresi atas tubuhnya. Padahal, tubuh merupakan rumah bagi jiwa dan pemikiran.
Belum lagi, menurut Sasqia, perempuan selalu menjadi pihak yang tersudutkan berkenaan dengan tubuh ini. Wanita selalu terkena imbas persoalan tubuh. Salah satunya adalah pandangan miring soal perempuan bertubuh tidak ideal. Padahal sebagai manusia, pemikiran jauh lebih penting dari penampilan.
Maka dari itu, kegiatan DROP-IN DIALOUGES ini hadir. Sasqia menambahkan, sebelum menggagas kegiatan budaya membaca dan menulis, Fat Velvet juga pernah mengadakan kegiatan yang mengusung seni gambar tubuh yaitu tato.
Menariknya, Fat Velvet selalu menggunakan pola yang sama. Dalam kegiatan menyoal tato, Fat Velvet juga mengadakan kegiatan lokalatih sebelum main-event atau acara utama. Begitu pula dengan DROP-IN DIALOGUES.
Berkenaan dengan ini, Saski menjelaskan bahwa ini merupakan konsep yang sengaja dihadirkan oleh Fat Velvet.
“Kita kan dalam kegiatan ingin menghadirkan pesan. Nah, kalau hanya dalam main-event, kita pikir pesan kurang bisa tersampaikan karena yang datang (penonton) biasanya hanya ingin denger acara serunya aja. Nah kegiatan workshop ini hadir untuk menyampaikan pesan tersebut,” ujar perempuan berzodiak Sagitarius ini.
Baca juga:
– Mengupas 24 Jam Bersama Gaspar
– Rukiah: Perempuan yang Menulis Sejarah
Dalam lokalatih DROP-IN DIALOGUES ini, Fat Velvet menghadirkan empat fasilitator. Dua orang yaitu Amenkcoy dan Sundea untuk creative writing dan dua orang yaitu Wanggi Hoed dan Christie Vaam Laloan untuk dramatic reading.
Untuk main-event sendiri akan diadakan pada hari Minggu, pada tanggal 6 Mei 2018 masih bertempat di kafe Please, Please, Please! Jalan Progo No. 37, Bandung. Pada acara tersebut akan diisi dengan pembacaan puisi atau hasil tulisan kreatif dalam bentuk apapun. Akan tampil Gracia Tobing, Paraudara, dan masih banyak lagi. Bagi teman-teman yang berminat untuk membacakan puisi, ada pula gelaran open-mic.[]