Fb. In. Tw.

Baso Saurus Bukan Bakso Biasa

Bakso, salah satu jenis makanan yang dapat diterima oleh lidah nyaris seluruh masyarakat Indonesia, saya kira termasuk varian makanan yang sudah semestinya bersifat dinamis. Ya, seiring pesatnya pertumbuhan industri kuliner, persaingan antar-pelaku di dalam industri tersebut semakin hari tentu semakin kompetitif. Tidak terkecuali bagi penjual bakso. Sebagaimana bunyi hukum pemasaran modern, kualitas suatu produk—dalam hal ini produk kuliner apa pun—tidak semata dinilai lantaran rasanya semata. Lebih dari itu, yang sering kali dianggap paling menentukan ialah bagaimana implementasi kreativitas sang produsen. Sebagai pendatang baru di ranah industri kuliner Kota Bandung, Baso Saurus hadir menjawab tantangan tersebut.

Berlokasi di Jalan Cendana No 11, Bandung, tak jauh dari lapang futsal Taman Persib, Baso Saurus punya tagline “Makanlah sebelum Anda dimakan”. Tagline tersebut, meski selintas terkesan nonsens dan main-main, sejatinya mengandung muatan pesan yang—meski kapitalistik—namun sekaligus relijius: Jangan sampai Anda menyesal lantaran semasa hidup tak pernah sekali pun mencicipi bakso kami! Setelah meninggalkan dunia ini, bukankah manusia akan jadi makanan cacing dan binatang bawah tanah lainnya?

Mengusung tema bakso sehat, Baso Saurus tak sedikit pun menggunakan formalin, vetsin, atau penyedap makanan lain yang sungguh tidak aman bagi kesehatan Anda. “Agar kuahnya terasa segar, kami menggunakan kaki sapi sebagai kaldu,” beber Finza Rizky (26 th), pemilik Baso Saurus.

Kaki sapi yang direbus demi menyempurnakan rasa gurih pada kuah Baso Saurus memang memberi kesegaran yang khas di lidah. Ditambah helaian daun kangkung sebagai sayur pelengkap, bakso yang kenyalnya pas ini benar-benar memuaskan saat disantap. “Sekiranya dinosaurus masih ada, dan telurnya dapat dimakan, kami akan menggunakan telur-telur itu sebagai bagian inti bakso kami. Sayang, binatang itu sudah punah jutaan tahun lalu, kami pun memilih telur puyuh untuk kemudian disisipkan di tengah bulatan bakso-bakso ini,” sambil tersenyum, Medina (calon istri Finza), menambahkan.

Ya, dimaksudkan sebagai pembeda atas produk penjual bakso lain, telur puyuh pada Baso Saurus terasa istimewa. “Bakso sendiri kan dibuat dari daging sapi, makanya kami tidak membuat menu bakso cingcang atau babat, jenis bakso yang sudah umum, biar konsumen tidak merasa bosan. Lagi pula, kaldu pada kuah kami dibuat dari sumsum kaki sapi juga”.

Selain menawarkan bakso sebagai produk utamanya, menu lain milik Baso Saurus adalah mie ayam. Berbeda dengan penjual mie ayam pada umumnya, irisan daging ayam ala Baso Saurus digoreng terlebih dahulu sebelum disajikan. “Semua menu ini kami racik sendiri. Try and error. Alhamdulillah, dengan terus berusaha, bahkan belajar dari youtube, semua menu yang kami miliki terbilang ‘sudah mapan’, dan tetap terbuka untuk terus dikembangkan”.

Saat kemudian ditanya mengapa memilih Baso Saurus sebagai merek dagangannya, sambil tertawa, Finza yang akrab dipanggil Caca berkata, “Kebetulan saya dan pacar saya berbadan besar. Pada saat-saat tertentu, bayangan kami berdua yang ditimbulkan sorot lampu bahkan sanggup menyerupai dinosaurus”. Lepas dari unsur historis profil perusahaannya, dibanderol dengan harga masing-masing 17 ribu rupiah untuk setiap menu (Mie Baso Yamin & Kuah, Mie Kocok, Mie Ayam Baso) dan Baso Bakar (10 ribu), Baso Saurus sungguh nikmat dan mengenyangkan. Baso Saurus buka mulai jam 16.00-23.00.

Kekurangan Baso Saurus saya pikir ialah belum adanya tempat yang mandiri. Saat ini, bersama tiga pengusaha kuliner lainnnya, Baso Saurus menempati lahan luas bekas garasi yang disulap menjadi kafe. Kafe “Djokul” namanya. Akronim dari Podjok Kuliner. Namun, hal demikian tidak sepenuhnya mesti disesalkan juga pada akhirnya. Dengan fasilitas wifi gratis, juga suasana yang nyaman-teduh-tenang meski terletak di salah satu ruas jalan kota, kekurangan tadi seketika malah menjadi kelebihan. Saya katakan demikian karena dengan beragamnya jenis dagangan, Baso Saurus dan menu yang ditawarkan penjual lainnya di Djokul malah saling melengkapi. Nah, penasaran dengan produk lain Kafe Djokul? Simak catatan “Dapur” berikutnya. Yang jelas, Djokul plus Baso Saurus-nya saya pastikan benar-benar dapat jadi solusi yang pas bagi kebutuhan perut Anda. Bila sempat, buruan berkunjung ke sana![]

KOMENTAR

Reporter buruan.co. Menulis puisi dan esai. Kumpulan puisi pertamanya "Kartu Pos dari Banda Neira" (Penerbit Gambang, 2017).

You don't have permission to register