Fb. In. Tw.

Racikan Masa Lalu Ala Damhuri Muhammad

Masa lalu sangat sulit dipisahkan dari kehidupan orang-orang. Setiap hari orang-orang melahirkan peristiwa—menyenangkan atau menyakitkan. Peristiwa itu kelak tumbuh menjadi kenangan. Selain melahirkan, seseorang juga dapat mengadopsi masa lalu milik orang lain

Berbagai cara dapat kita lakukan untuk memiliki masa lalu orang lain. Misalnya, dengan cara mendengar cerita orang lain atau membaca buku-buku cerita. Kisah-kisah tersebut selanjutnya harus kita rawat dalam ingatan.

Berkenaan dengan masa lalu, hampir setiap orang memiliki pandangan yang sama. Mereka menjadikan masa lalu sebagai guru agar tak pernah jadi keledai jatuh ke dalam lubang berulang-ulang.

Namun, Damhuri Muhammad berusaha melupakan masa lalu karena terlampau kelam. Terutama untuk kenangan pahit masa kecilnya kala tinggal di kampung halaman.

Kesan itu saya dapat setelah membaca epilog berjudul “Fosil-fosil Bernyawa di Kepala Saya” dalam buku kumpulan cerpen terbaru Damhuri berjudul Anak-anak Masa Lalu. Kenangan-kenangan menyakitkan itu meski telah lewat, namun selalu menghantui dirinya saat hendak merancang cerita.

 “…namun kenangan masa kecil itu rupanya telah jadi fosil dalam kepala saya. Setiap kali saya hendak merancang sebuah cerita, fosil-fosil itu bagai mengepung saya, mendesak saya untuk memberi mereka nyawa, hingga akhirnya semua cerita yang saya teroka, terkepung dalam arus deras kenangan tentang kampung halaman.”

Apa yang Damhuri lakukan berakibat pada kesamaan peristiwa dalam cerita rekaan dengan peristiwa masa lalu yang ditulis Damhuri dalam epilog. Misalnya dalam cerpen “Luka Kecil di Jari Kelingking” terdapat peristiwa tokoh Wi yang dimarahi hanya karena menyentuh mobil milik Tek Na—Kakak sepupu dari ibunya sendiri. Peristiwa lainnya saat Wi dituduh pencuri ikat pinggang milik suami Tek Na. Dua peristiwa yang terjadi pada Wi juga disebutkan oleh Damhuri dalam epilog sebagai salah satu kenangan pilu.

Hal menarik lain dalam kumpulan cerpen Anak-anak Masa Lalu yaitu fungsi masa lalu dalam cerita. Masa lalu tidak hanya dijadikan penyambung tiap peristiwa agar terkesan logis, tapi menjadi api yang memanaskan jalan cerita. Masa lalu menjadi pemicu konflik bagi para tokoh dalam cerita.

Kumpulan cerpen Anak-anak Masa Lalu menyuguhkan berbagai tema yang menjadikan masa lalu dalam beberapa cerpen hadir dalam berbagai bentuk.

Dalam cerpen “Reuni Dua Sejoli” yang bertema cinta, masa lalu hadir dalam bentuk perjodohan. Cerpen tersebut mengisahkan penyesalan tokoh aku atas perjodohan yang disetujuinya di masa lalu. Ia sebenarnya ingin mempertahankan hubungan dengan kekasihnya, tapi karena diancam namanya akan dihapus dari silsilah keluarga, tokoh aku menerima keputusan perjodohan.

“Dulu aku pernah berikrar bakal memperjuangkan hubungan kita meski orangtuaku mengancam akan mencoret namaku dari silsilahnya yang terpandang itu. Tapi ternyata keteguhan hatiku untuk terus mempertahankan hubungan kita bahkan lebih tipis dari kulit bawang. Setelah perjodohan itu disampaikan orangtuaku, aku bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, menurut dan patuh saja tanpa perlawanan.”

Terdapat beberapa cerpen lain juga bertema cinta, misalnya cerpen “Dua Kemarian, Dua Rahasia”, “Ambai-ambai”, dan “Orang-orang Larenjang”. Cerpen-cerpen tersebut meski bertema cinta, tapi menghadirkan masa lalu dalam bentuk berbeda yaitu larangan menikah dengan orang yang tidak pantas.

Cerpen bertema cinta yang menarik bagi saya adalah cerpen “Lelaki Ragi dan Perempuan Santan” masa lalu hadir dalam masakan tradisional yaitu Lemang Tapai yang menjadi personifikasi dari kisah cinta sepasang kekasih dalam cerita.

“Bukankah lemang ditanak dengan pati santan, hingga usianya tiada lebih dari satu hari? Bila tak lekas disuguhkan, tentu akan terbuang sebagai sipulut basi. Sementara bukankah tapai matang lantaran ragi? Makin diperam makin ajaib rasa manisnya. Tapai senantiasa melesat menuju aras keabadian, sedangkan lemang mundur ke ranah kesementaraan. “Akulah lemang, engkaulah tapai. Cintaku basi tanpamu,” ikrarmu. Selalu.”

Masa lalu juga hadir dalam tema-tema lokalitas. Cerpen “Anak-anak Masa Lalu” menghadirkan masa lalu dalam bentuk mitos suara gaib. Suara tersebut berasal dari Jembatan Sinamar. Konon di dalam tiang-tiang penopang jembatan terbenam kepala tiga orang anak sebagai tumbal.

 “…mereka mempercayai suara gaib yang membuat bulu kudung meremang itu berasal dari Jembatan Sinamar. Menimbang keriuhan yang kian meninggi, rasa-rasanya asal jerit-rintih itu bukan dari satu orang, mungkin dua atau tiga. Lalu, di benak mereka, terbayang jasad anak-anak yang terjepit dalam jejaring beton bertulang.”

Masa lalu mengenai mitos sebuah tempat juga hadir dalam cerpen “Kepala Air”. Mitos yang diangkat yaitu tentang mata air suci di Kepala Bandar. Konon jika orang datang ke mata air itu hanya untuk mengotori orang tersebut akan celaka.

Selain itu, tema lokalitas juga menghadirkan masa lalu dalam bentuk ilmu sakti seperti dalam cerpen “Badar Besi”, “Tembiluk”, dan “Bayang-bayang Tujuh”.

Bentuk masa lalu unik hadir dalam cerpen “Banun” yaitu sikap seorang tani. Cerpen mengisahkan seorang Banun kaya yang hidup dengan cara tani.

“Ia menjelaskan kata “Tani” sebagai penyempitan dari “Tahani”, yang diterjemahkan ke dalam basa orang kini berarti: Menahan Diri.” Menahan diri untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara bercocok tanam.” 

Kumpulan cerpen Anak-anak Masa Lalu seolah terkesan memihak dan memenangkan masa lalu. Namun, dalam beberapa cerita diperlihatkan juga bagaimana masa lalu memberi dampak negatif misalnya dalam cerpen “Reuni Dua Sejoli” atau “Dua Rahasia, Dua Kematin”.

Masa lalu dalam tiap cerpen diracik Damhuri menggunakan beberapa teknik. Penggunaan sudut pandang orang ketiga dan penggunaan alur kilas balik memudahkan pengisahan masa lalu dalam cerita. Damhuri juga memerhatikan penggunaan bunyi, gaya bahasa dan kalimat sehingga pembaca akan mendapat kesan estetis saat membaca cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Anak-anak Masa Lalu.

Saya seolah meneguk jamu saat membaca dan menikmati beragam masa lalu kumpulan cerpen Anak-anak Masa Lalu. Sebab, bagi saya masa lalu bukan seorang guru tapi segelas jamu. Jamu yang selalu saya minum saat sehat atau merasa tidak enak badan. Meski kadang berasa pahit, tapi berkhasiat menangkal segala sakit.[]

Redaktur Umum buruan.co. Menulis puisi dan cerpen. Hobi menonton film.

KOMENTAR
You don't have permission to register