
Puisi-Puisi Andreas Mazland
Bermain Perang-Perangan
: Chalvin Pratama Putra
“aku reinkarnasi pendekar bayang
jika ada yang berani melawan
akan kuubah surau ini
jadi medan perang.”
pria bermuka harun dengan watak firaun
tiba-tiba berkoak kepada kami serupa padri.
padahal syahadatnya saja penuh spasi
dan bismillahnya terus dapat nilai remedi
dari inyiak surau setiap hari.
lantaran itu, aku dan dani bersekutu
guna melawan itu hantu. kami berniat
menjadikannya tawanan perang
sekaligus budak suruhan.
namun ternyata ia
lebih awas pada rakaat keempat.
saat imam khusyuk membaca kalam,
ia lempar mercon ke tengah gelanggang
dan kami balik mengatur strategi perang
di markas cadangan.
tepat ketika aku
akan melancarkan serangan balasan,
dani berteriak ketakutan
“cepat selamatkan diri kalian.
inyiak menuju kemari,
dengan sebilah rotan.”
saat itu juga, aku dan dani lari lintang-pukang
ke arah selatan, menembus sederet kuburan.
sementara pria terkutuk itu telah lebih dahulu
menghilang serupa padri kalah perang
Pauh, 2022
Bandar Dagang Lama
: Edo Sapraja
pada hari minggu
kau ajak aku turut meninjau
kampungmu di pesisir sana
di perjalanan, kau tunjuk gundukan kayu
kau bilang itu bangkai kapal dagang peranggi
kau tak tahu dari tahun berapa ia telah di situ
yang jelas, lada dari kampungmu diangkut kapal besar
dengan lambung termangu.
pada sebuah bukit
yang menatap langsung lautan hindia,
kau kata ada pandam-pakuburan orang nias
yang menghuni ini kota. jauh sebelum
orang gunung menyebut mereka
pendatang asing dari pulau tak bernama
kau sebut di sana juga ada meriam peninggalan belanda
yang setiap malam selasa mengudara pahit kulit kina.
kau cerita tentang kampungmu padaku, seolah sorak
tukang obat sakti mandraguna di balai selasa.
lantaran muak,
kulacak kuda besiku dengan laju
yang membuat naik bulu remangmu.
pada tikungan ketujuh, kau berkoak:
“jangan sampai terlewat!
di kelokkan kiri itu rumahku.”
Pauh, 2022
Mencari Surga
: Fatris MF
sejak gerbang laut hitam ditutup
seorang moor muda turunan tartar
Eropa dijauhi cengkih dan pala
kamper dan lada:
rerempah yang mengeluarkan wangi
seharum rambut perawan maria
aku percaya rerempah itu tumbuh
di tanah hijau lagi berair tenang:
amsal surga yang bersarang dalam kitab
dan doa jemaah gereja kita.
berangkatlah!
cari itu negeri yang tersembunyi
tempuhlah perairan ganjil yang mengepung eropa
dengan karavan kapal-kapal besar ke ujung dunia
tembuslah amuk gelombang
tahan dinginnya lipatan angin garam
lekatkan nama kristus dan wanita-wanita kudus
di sirip lambung kapal kalian
jika nanti kalian dapati sebuah tanjung menjorok
di mana kawah gunung serupa kelopak bunga fully
dan jajaran pulaunya seperti ranting cengkih
yang patah di musim semi,
maka itulah negeri yang kita cari:
negeri dengan wangi surga abadi
Steva, 2022
Juru Tulis Perkebunan Belanda
dalam pamflet berbahasa belanda
kubaca sepenggal kalimat: bahwa
orang-orang berkulit manai
di jantung eropa sana telah berhasil
membuat burung besi serupa buraq
dan sandiwara macam kelompok dardanella
yang dapat mereka tonton
lewat alat berbentuk kotak.
sedang di kampungku pada kurun itu
orang-orang masih sibuk berbicara
tentang sebuah negeri yang tumbuh dalam danau
atau cerita soal kota milik hantu gunung
yang berwarna terang pada musim ranau.
cuihhh.
kulanjut kembali perjalanan dengan gegas
ke arah selatan. kemarin tuan controleur berpesan
bahwa pagi sekali aku harus berada di perkebunan
sebab asisten residen akan datang.
di sebuah perempatan, kulihat verkeespolitie
tengah mengatur kepadatan lalu-lintas jalan,
klenteng tua yang sudah lapuk dimakan zaman,
gudang candu terbengkalai milik tionghoa
dan kantor serikat kebudayaan yang selalu terbuka.
di sana, kunaiki andong seorang sais yang tengah
bermenung-buruk menunggu penumpang:
pada kulitnya, kutau darahnya setengah putih
setengah hitam. barangkali ia anak haram
gundik seorang binnenlandsch.
“oii, jongos! segera arahkan delman kotormu ini
menuju perkebunan.” teriakku.
Pauh, 2022