
Keindahan Alam Sumba Yang Tersembunyi
Sebuah puisi dari Taufik Ismail yang menggambarkan keindahan dari alam Sumba begitu berkesan. Kata-katanya benar-benar menggambarkan alam Sumba. Padahal Taufik Ismail sendiri saat membuat puisi ini belum pernah datang ke Sumba. Umbu Landu Paranggi seorang seniman dan wartawan yang menceritakan alam di Sumba. Dari cerita seorang Umbu yang pandai bercerita, akhirnya membuat Taufik Ismail membuat puisi “Beri Daku Sumba” Puisi ini tercetus saat Taufik Ismail berkunjung ke Uzbekistan. Saat melihat padang rumput yang luas dan berdebu, beliau ingat dengan cerita Umbu. Begini puisi yang ditulis Taufik Ismail.
Beri Daku Sumba
di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
aneh, aku jadi ingat pada Umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.
Begitulah isi puisi Taufik Ismail menggambarkan alam Sumba yang masih perawan hanya berdasarkan cerita Umbu. Tapi semua realita yang ada di Sumba tergambarkan dalam bait-bait puisinya. Cerita yang mengalir dari mulut Umbu bisa diterjemahkan dalam rangkaian kata-kata nan indah.
Pulau Sumba termasuk pulau yang ada di propinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Sumba ini mempunyai luas 10.710 km persegi dengan titik tertingginya Gunung Wanggameti. Sumba sendiri terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Barat, kabupaten Sumba Barat Daya, kabupaten Sumba Tengah, kabupaten Sumba Timur. Ibukotanya adalah Waingapu. Di kota ini ada bandara dan pelabuhan laut yang menghubungkan pulau Sumba dengan pulau lainnya. Pulau Sumba juga pernah dikuasai Hindia-Belanda sebelum masuk ke wialyah negara Indonesia.
Di kawasan Sumba Timur padang rumput yang luas terbentang, karena iklim kering sepanjang tahun. Hanya berupa rumput dan semak-semak yang tumbuh di sana. Saat hujan padang rumput nampak hijau dan saat kemarau akan berwarna coklat keemasan. Hanya beberapa pohon saja yang tumbuh di sana , itupun di daerah pantai dan daerah aliran sungai. Tak pelak sangat ideal untuk habitat ternak seperti kuda, sapi dan kerbau. Puluhan ternak bebas berkeliaran di padang rumput yang luas. Ini merupakan pemandangan yang luar biasa.
Pantai yang mengelilingi pulau Sumba juga tak kalah indah. Lautnya yang membiru dengan perubahan warna langit saat terbit dan senja membuat pemandangan yang eksotis.Birunya laut dan pasir pantai yang berwarna kecoklatan begitu indah tersembunyi dari keramaian.Belum pohon-pohon yang tumbuh di pantai. Itulah keindahan alam Sumba yang tersembunyi seperti yang tergambarkan dari puisinya Taufik Ismail.[]
Tentang penulis
Hastira Sukandi, tinggal di Cirebon.
Sorry, the comment form is closed at this time.
Fahmi
Sumba sih memang keren, pake banget!! Kapan ya bisa main kesana 😀
Hastira
aduh aku juag ingin sekali ke Sumba
Jevon L
Wah luar biasa ya puisinya! Jadi kepengen kesana hehe. Ditunggu post berikutnya n salam kenal ya hehe.
Hastira
salam kenal kembali, puisi taufik ismail selalu indah, aku suka dengan puisi beliau