Fb. In. Tw.

Pulung Gantung: Mitos dalam Cerita

Rubrik buruan kali ini menampilkan cerpen berjudul “Pulung Gantung” karya Abdul Hadi. Cerpen ini berangkat dari kepercayaan masyarakat local—khususnya di Gunung Kidul—tentang peristiwa pendahuluan sebelum terjadi bunuh diri, bernama Pulung Gantung. Menurut kepercayaan, sebelum terjadi bunuh diri, penduduk kampung akan melihat bola api melintas di atas genting rumah.

Pemilihan ide cerita semacam ini menjadi musabab kenapa cerpen “Pulung Gantung” menarik untuk dibaca dan dinikmati. Hal ihwal Pulung Gantung juga dimunculkan secara singkat pada cerpen ini.

Seminggu sebelum diadakan bersih desa, ditemukan seorang janda muda meninggal gantung diri di pangkal pohon jati di depan rumah peninggalan suaminya. Lazimnya kejadian serupa, orang-orang desa Karangpejek mengaitkannya dengan kemunculan clorot yang mereka sebut pulung gantung. Malam sebelumnya, seseorang mengaku melihat bola api berekor, cahaya merah menyala yang jatuh, melesat di atas genting rumah penduduk.

Meski mengambil mitos Pulung Gantung sebagai ide cerita, cerpen ini masih kurang mengembangkan mitos tersebut sebagai pangkal cerita yang benar-benar kokoh. Benar-benar sebagai dasar cerita. Karakter Mbah Karyo dan Karman sebagai tokoh pun terlampau sedikit dielaborasi. Hubungan keduanya hanya diberitahu sebagai ayah dan anak angkat, sehingga tokoh dalam cerpen “Pulung Gantung” jadi terkesan tempelan.

Cerpen “Pulung Gantung” sendiri dibuka oleh adegan pemukulan oleh Mbah Karyo terhadap Karman – sang anak pungut, karena Karman mencuri makan sesajen bersih desa setelah seminggu sebelumnya terjadi peristiwa bunuh diri. Adegan pembuka ini juga menjadi motif yang mengakibatkan bunuh diri selanjutnya. Menjadi dasar utama atas peristiwa bunuh diri itu sendiri, bukan karena Pulung Gantung.

Secara implisit, cerpen “Pulung Gantung” sebenarnya mencoba menghadirkan mitos sekaligus ‘gugatan’ mengapa mitos tersebut harus tetap dipercaya hingga hari ini. Sebab dengan mempercayai suatu mitos, akan ada akibat yang ditimbulkannya. Bukankah kecil peluang Karman bunuh diri, bila ia tidak dipukul Mbah Karyo. Atau tidak mungkin ada peristiwa Karman ‘mencuri’ makan sesajen, bila penduduk desa Karangpejek tidak percaya Pulung Gantung.

Pertanyaan tak langsung hal-hal tersebut, menjadi daya tarik cerpen ini yang mungkin tersembunyi dari pembacaan secara umum. Mitos dalam cerpen ini tidak hanya dihadirkan sebagai cerita belaka, lebih dari itu, cerpen ini juga sedikit banyak membuka problematika saat suatu mitos tetap dipercaya.

Maka, ketika cerpen ini ditutup oleh pertanyaan terbuka: apakah yang dilihat oleh Mbah Karyo sebagai sosok bayangan tergantung tampar. Di mana seutas tali melingkupi batang lehernya itu Karman atau bukan, menjadi tidak lagi penting.  Tidak sepenting pertanyaan: apabila melihat bola api di atas genting rumah, bagaimana agar tidak terjadi bunuh diri?

Media untuk Berbagi Kajian dan Apresiasi.

KOMENTAR
You don't have permission to register