Menghela Nilai-Nilai Karakter dalam Cerita Rakyat

Oleh Anisa Rahayu (SMAN 1 Banjaran kab. Bandung)
Cerita rakyat berkembang dalam budaya sastra lisan di seluruh komunitas masyarakat. Jika digali dan ditelusuri, akan banyak cerita rakyat yang dapat ditulis ulang dan dijadikan media hiburan sekaligus pendidikan. Meskipun saat ini sudah memasuki era sastra modern, tetapi eksistensi cerita rakyat sebagai bagian dari genre sastra lama masih bertahan.
Kuatnya eksistensi cerita rakyat di zaman modern ini lebih disebabkan oleh kandungan isinya yang penuh tata nilai, langgeng dan adiluhung. Hal ini pun disampaikan Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum, dalam pengantarnya yang menyampaikan bahwa karya sastra tidak hanya merangkai kata demi kata, tetapi berbicara tentang kehidupan, baik secara realitas ada maupun hanya dalam gagasan atau cita-cita manusia. Apabila berdasarkan realitas yang ada, biasanya karya sastra berisi pengalaman hidup, teladan, dan hikmah yang telah mendapatkan berbagai bumbu, ramuan, gaya, dan imajinasi. Sementara itu, apabila berdasarkan pada gagasan atau cita-cita hidup, biasanya karya sastra berisi ajaran moral, budi pekerti, nasihat, simbol-simbol filsafat (pandangan hidup), budaya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kehidupan manusia (2016: i).
Betapa kaya kandungan dalam karya sastra, khususnya cerita rakyat. Tidak dapat dipungkiri bahwa cerita rakyat menjadi salah satu struktur kebudayaan dan menjadi salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Karena dalam cerita rakyat aspek kekhasan dari daerah masing-masing akan dimunculkan. Salah satu cerita rakyat yang menunjukkan kekayaan tata nilai dan kekhasan daerah tersebut adalah cerita Jaka dan Naga Sakti. Jaka dan Naga Sakti hadir dengan rangkaian peristiwa yang sangat apik dan kaya akan kata. Berlatarkan kerajaan membuat kesan tradisional di zaman dahulu semakin menambah nilai dalam kebudayaan Indonesia. Beberapa nama tokoh dan ritual dalam buku ini membuat kita mengenal akan kekhasan Jawa Timur yang melegenda dan kaya akan kepercayaan masyarakat zaman dahulu.
Jaka dan Naga Sakti merupakan sebuah buku cerita rakyat yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur dan berlatarkan kerajaan Ringin Anom. Diceritakan putri Raja Prabu Arya Seta, yakni Putri Rara Ayu Kemuning mendapatkan sakit yang aneh. Penyakit yang diderita sang putri adalah bau yang sangat menyengat di seluruh badannya. Alhasil penyakit aneh tersebut membuat Putri Kemuning menjadi hilang keceriaannya. Ia lebih memilih untuk berdiam diri di kamar karena malu dengan penyakitnya. Padahal para tabib dari seluruh penjuru daerah telah mencoba untuk mengobatinya, tapi Putri Kemuning tetap saja tidak sembuh.
Suatu hari Prabu Arya Seta bersemadi dan mendapatkan bisikan gaib tentang obat yang dapat menyembuhkan Putri Kemuning. Segera Prabu Arya Seta memanggil Patih Rebo Rejeng untuk mengadakan sayembara agar untuk menemukan obat tersebut. Isi sayembara tersebut adalah barang siapa yang dapat mengambil daun sirna ganda di gua kaki Gunung Arga Dumadi akan mendapatkan imbalan. Jika dia seorang perempuan maka akan mendapatkan imbalan berupa seribu keping emas, namun apabila laki-laki akan dinikahkan dengan sang putri.
Alhasil para pemuda dari pelosok kampung berbondong-bondong untuk mengikuti sayembara tersebut. Namun, di gua kaki Gunung Arga Dumadi terdapat seekor naga yang terkenal sangat sakti. Banyak versi yang menyebutkan tentang keberadaan naga sakti tersebut.
Setelah berbulan-bulan tidak kunjung tiba kabar dari gua gunung kaki Gunung Arga Dumadi, Prabu Arya Seta dan Patih Kebo Rejeng bimbang. Sampai akhirnya datanglah seorang Pemuda bernama Jaka Budug yang memiliki borok-borok yang menjijikan di seluruh tubuhnya. Tapi ia memiliki semangat dan tekad kuat untuk dapat mengikuti sayembara tersebut. Alhasil dengan perjuangan yang tidak terpatahkan Jaka Budug dapat membawa daun sirna ganda ke hadapan Prabu Arya Seta dan mengobati penyakit Putri Kemuning. Begitu pula dengan borok-boroknya bisa sembuh karena terkena semburan darah naga sakti saat melawannya.
Dalam hal ini penulis cukup piawai dalam menyusun kata-kata. Apalagi, buku cerita ini disajikan untuk pembaca anak-anak. Penulis pun mampu menjalin konflik sehingga mampu membawa pembaca pada suasana menegangkan, terutama saat pertarungan Jaka Budug dengan Naga Sakti. Pembaca disuguhi petualangan menarik, apalagi dilengkapi dengan ilustrasi yang mampu memvisualisasikan peristiwa cerita.
Cerita Jaka dan Naga Sakti mampu meninggalkan jejak imajinasi, amanat, nilai-nilai, dan karakter tokoh yang patut diteladani. Tokoh Jaka Budug memiliki karakter rendah hati dan memiliki semangat juang yang tinggi. Jaka selalu optimistis dapat meraih apa yang dicita-citakan, meskipun dalam keadaan menderita. Usaha pantang menyerah pun dilakukan Prabu Arya Seta yang selalu berusaha menemukan obat untuk penyakit putrinya, Rara Ayu Kemuning. Namun, hal yang paling berkesan adalah cara Jaka Budug dalam mengalahkan Naga Sakti yang penuh daya juang tinggi. Usaha keras yang dilakukan Jaka adalah menggali tanah yang menghubungkan langsung dengan atas gua dan menancapkan keris secara cepat ke atas kepala naga sakti yang pada akhirnya naga itu terkulai lemas kehabisan darah dan mati. Semangat juang dan keberanian inilah yang harus kita miliki di era globalisasi ini.
Buku bergenre cerita rakyat ini sangat baik dibaca oleh anak-anak, khususnya siswa SD dan SMP. Pembaca dapat menghela banyak pelajaran penting dan nilai-nilai karakter positif yang dapat direfleksikan dan diaplikasikan dalam kehidupan saat ini. Buku Jaka dan Naga Sakti pun dapat dijadikan media untuk proses pendidikan karakter guna mewujudkan generasi yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.[]
Data Buku
Judul                        : Jaka dan Naga Sakti
Penulis                    : Dina Alfiyanti Fasa
Penerbit                  : Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jumlah Halaman  : 56 halaman.
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-979-069-271-8
Tahun Terbit          : 2016

