Fb. In. Tw.
Dari Pembaca untuk Ekosistem Sastra

Dari Pembaca untuk Ekosistem Sastra

“Telah wafat, Johan Kartawijaya, yang dikenal sebagai Surabaya Johnny, seorang penyair cabul, tukang judi, narsis delusional, mantan seorang ayah, dan pengacau—pada usia 73 tahun. Ia dikenang oleh sebagian orang sebagai seorang pemimpi, oleh yang lain sebagai pembohong, dan oleh kebanyakan orang: tidak dikenang sama sekali.”

Itulah kalimat pembuka yang diucapkan oleh Erostian “Mbul” yang memainkan tokoh Surabaya Johnny dalam pertunjukan monolog di Atelir Ceremai, Jakarta Timur, 4 Oktober 2025 yang lalu. Pertunjukan monolog ini merupakan penutup dari rangkaian acara yang bertajuk “Pekan Pembaca Sastra” yang diselenggarakan oleh Atelir Ceremai dengan dukungan penuh Kementerian Kebudayaan melalui Program Penguatan Komunitas Sastra 2025.

Sebagian penonton berpose bersama pemain dan tim produksi pementasan “Surabaya Johnny”: di panggung Atelir Ceremai, Jakarta Timur, 4 Oktober 2025 (Dok. Atelir Ceremai)

Sebagian penonton berpose bersama pemain dan tim produksi pementasan “Surabaya Johnny”: di panggung Atelir Ceremai, Jakarta Timur, 4 Oktober 2025 (Dok. Atelir Ceremai)

Monolog yang disutradarai oleh Irfan Hakim dari Sun Community ini merupakan adaptasi yang digubah oleh Raymond Y. Patty (Jejak Lakon) dari cerpen “Surabaya Johnny: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (Seperti Dipaparkan kepada Pieter Jansma)” karya Sony Karsono. Cerpen ini memadukan ingatan biografis yang acak, catatan etnografis, delusi filosofis, dan satire tentang ketidakberdayaan seorang penyair tua generasi Orde Baru yang terperangkap dalam lorong gelap pseudo-sastra. Dua tahun lalu cerpen ini bersama beberapa cerpen lain karya Sony Karsono dalam kumcer Sentimentalisme Calon Mayat telah meraih banyak penghargaan, yaitu Anugerah Sutasoma, Penghargaan Tempo, dan Penghargaan Sastra Kemdikbudristek. Malam itu, di Atelir Ceremai, tokoh Surabaya Johnny yang legendaris itu dihidupkan untuk menyuarakan dirinya.

Pada hari-hari sebelumnya, telah diselenggarakan beberapa acara lain yang mempertemukan klub-klub buku di Jakarta dan sekitarnya untuk mendiskusikan persoalan literasi dan ekosistem sastra serta pengembangan klub buku itu sendiri. Selain itu, diundang pula tiga klub buku yang secara khusus membahas karya-karya sastra pilihan, yaitu Klub Buku Bengkel Sastra yang membahas novel Kereta Semar Lembu karya Zaky Yamani pada 29 September 2025, Klub Buku Lentera Kata yang membahas kumpulan puisi Muazin Pertama di Luar Angkasa karya Kiki Sulistyo pada 30 September 2025, dan Klub Buku Untitled Press yang membahas kumpulan puisi Cica karya Cyntha Hariadi pada 1 Oktober 2025.

Para pengunjung dan anggota klub buku berpose setelah acara diskusi novel Kereta Semar Lembu di Atelir Ceremai, Jakarta Timur, 29 September 2025. (Dok. Atelir Ceremai)

Para pengunjung dan anggota klub buku berpose setelah acara diskusi novel Kereta Semar Lembu di Atelir Ceremai, Jakarta Timur, 29 September 2025. (Dok. Atelir Ceremai)

“Pekan Pembaca Sastra ini merupakan program yang kami buat sebagai perayaan bagi pembaca. Karena itu, para pembicara yang kami undang sebagian besar adalah bookfluencer, pegiat literasi, dan teman-teman dari komunitas baca. Kami ingin memberi ruang kepada pembaca setelah selama ini kami melihat sepertinya pembaca seringkali hanya menjadi objek. Padahal, pembaca adalah elemen utama dalam ekosistem literasi. Bukan hanya dengan membeli karya penulis, tapi dengan menjadi pembaca kritis dan turut aktif dalam komunitas, pembaca menjadi elemen paling penting dalam penguatan ekosistem sastra.” Ucap Aldiansyah Azura selaku ketua pelaksana Pekan Pembaca Sastra 2025.

Sebagaimana disampaikan juga oleh Ahmad Mahendra, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, bahwa program Penguatan Komunitas Sastra ini adalah upaya untuk menjembatani antara karya sastra dengan pembaca. Karena selama ini, diseminasi buku sastra masih belum optimal. Komunitas sastra berperan sebagai ujung tombak yang akan menyebarluaskan karya sastra, dengan cara mendiskusikannya dan mengalihwahanakannya.

Laurent Sindhu, selaku peserta pada diskusi “Peran Klub Buku dalam Pengembangan Ekosistem Literasi” menyampaikan kesan positifnya terhadap acara Pekan Pembaca Sastra 2025.

“Cukup asyik! Aku jadi tahu bagaimana ekosistem sastra berkembang di skena independen serta bagaimana perilaku pembaca dapat dianalisis, seperti fenomena bookshaming dan hal-hal lain yang menunjukkan bahwa membaca bukanlah sesuatu yang memalukan. Dari acara ini, aku mendapatkan banyak insight baru. Harapanku, kegiatan seperti ini bisa lebih sering diadakan, tidak hanya di Atelir Ceremai,” ujar Laurent.

Daniel Francisco, selaku peserta pada diskusi “Sebagai Pembaca, Apa yang Bisa Kita Lakukan?” menambahkan pandangannya mengenai Pekan Pembaca.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat. Tidak hanya merayakan para penulis, tetapi juga para pembaca yang berperan penting dalam melestarikan karya mereka. Harapanku, semoga acara seperti ini dapat terus diselenggarakan setiap tahun… kalau bisa, bahkan setiap bulan,” ujar Daniel sambil tertawa.

Sesi diskusi “Sebagai Pembaca, Apa yang Bisa Kita Lakukan?” di Ruang Serba Iya, 2 Oktober 2025 (Dok: Atelir Ceremai)

Sesi diskusi “Sebagai Pembaca, Apa yang Bisa Kita Lakukan?” di Ruang Serba Iya, 2 Oktober 2025 (Dok: Atelir Ceremai)

Nabila Putri, selaku pembicara dari LiteraTOUR, turut menyampaikan pandangannya. “Menurutku, dengan adanya penguatan komunitas sastra, teman-teman jadi bisa tahu bahwa ada akses bacaan yang lebih luas, sekaligus merasa memiliki keluarga baru melalui program ini. Aku berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti di komunitas-komunitas kecil, tetapi juga bisa menjangkau daerah-daerah terpencil dan terpelosok,” ujar Nabila.

Foto Sesi diskusi “Peran Komunitas Baca bagi Ekosistem Literasi dan Sastra Indonesia” di Kedai Atelir, 28 September 2025 (Dok: Atelir Ceremai)

Sesi diskusi “Peran Komunitas Baca bagi Ekosistem Literasi dan Sastra Indonesia” di Kedai Atelir, 28 September 2025 (Dok: Atelir Ceremai)

Selama 6 hari berlangsungnya Pekan Pembaca Sastra 2025 di Atelir Ceremai, tercatat ada 179 audiens yang turut meramaikan program. Para pengunjung acara Pekan Pembaca Sastra ini juga mendapatkan bingkisan berupa buku-buku karya sastra terpilih yang diberikan oleh Kementerian Kebudayaan sebanyak lebih dari 100 judul buku untuk memfasilitasi perkembangan kegairahan dan apresiasi terhadap sastra Indonesia. Dengan dukungan Program Penguatan Komunitas Sastra dari Kementerian Kebudayaan ini, Atelir Ceremai akan terus berkomitmen bersama komunitas sastra lain untuk mengembangkan penciptaan karya sastra di kalangan anak muda dan menggairahkan apresiasi sastra di kalangan pembaca, Seperti kata WS Rendra: hadir dan mengalir.

Media untuk Berbagi Kajian dan Apresiasi.

KOMENTAR
Post a Comment

You don't have permission to register