
Puisi-Puisi Satria Alfauzi Ramadhan
Sastra dan Nestapa
malam hitam temaram
ocehan kelam senja silam
sastra bertemu air mata adalah surga
dari mata turun ke tinta
andai manusia tak kenal uang
akan lebih banyak filsuf dan sastrawan
berebut kosakata, diksi, dan rima
bukan berebut kursi di pusat kuasa
Juragan dan Hujan
jangan halangi nasibku yang sedikit malang
aku belum terlalu banyak uang, wahai hujan
ladang di trotoarku kau siram sepanjang malam
kau ini rahmat atau penghambat?
izinkan aku adikuasa tujuh turunan
jangan tukar uangku dengan kafan
biar kukarang senjata dengan waktu
asal aku banyak uang
Rintik-Rintik Januari
apakah pertemuan ini abadi
setiap malam kita berkencan
di atas atap-atap ranjang sunyi
berbisik tentang kemarau yang selalu kacau
andai saja aku punya bendungan
rintik-rintikmu kubendung sampai bulan-bulan gersang
agar kita tak saling semu, tak saling rindu
abadi dalam pelukan lembabmu
Nasib Pewangi Ketiak
aku bosan berciuman dengan aroma asam
lelaki itu memang sialan!
menjadikanku tumbal setiap dia kesiangan
memaksaku membunuh selimut-selimut bau badan
ahhh aku muak hidup di ketiak!
aku ingin hidup di bibir merahnya
yang melulu dicumbu oleh wanita itu
sambil mendayu merayu “aku mencintaimu”