Fb. In. Tw.

Puisi-Puisi Julia F. Gerhani Arungan

Subuh Sungsang

Tanganmu menggapai
sisa-sisa semalam di atas seprai:

Tubuhku- asing,
berat karat dan lunglai!

Pagi Jelang

Tidak ada ketapel David yang kupinjam,
maka terbenamlah kuku-kuku Goliath, liat dan dalam
Tidak ada sumpah Drupadi pada Dursasana nanti
maka merah mengeramasi rambut sendiri
Perang ini terlampau raksasa
Bendera-bendera putih retih,
terbakar di ujung-ujungnya.

Sore Remang

Kukembalikan padamu
setungku hidup
yang pernah kubagi denganmu

Di atasnya,
namamu dan namaku
Bara di ujung lidah
hangus dan remah!

Senja Rumpang

Berapa lama lagi kita akan duduk di bale-bale ini,
berpura-pura menangkapi oranye di langit:
Sajak yang sudah lama kita tinggalkan
sambil kucari uban di belah pinggir rambutmu?

Malam Petang

Tadi malam kita jadi sentimentil
dan saling menyakinkan
Bahwa kita baik-baik saja
Bahwa robekan bisa disulam
Dan kepingan direkat ulang

Tentu saja kau memilikiku
dengan mata segara biru
Lantaklah tulang, isi kepala
dan masa depan-masa depan
tak tertanggungkan

Kita berlayar, aku kembali tenggelam
Kita bentangkan layar, remukku redam

Pagi ini sentimentil meninggalkan kita
Dan yang tersisa,
jiwa berkabung atas raga
belulang di lapuk cendana

Dinihari Tumbang

Telah tampak punggungmu
di atas panggung yang canggung
Kita menyanyikan ingatan-ingatan remaja
sumbang dan sungsang
tua, borok dan berlubang

Telah berbalik punggungmu
Lalu waktu, melontar kembali
panggung-panggung sepi
Lalu api, kau masih saja bara
dan di matamu, ular-ular Medusa

Lombok, 2020-2021

lahir di Lombok, 1982. Menulis puisi, cerita pendek, dan naskah drama. Menyukai pembacaan sajak dan naskah lakon. Menulis antologi puisi tunggal Ibuku Mengajari Bagaimana Mengisi Peluru (CV Halaman Indonesia dan AkarPohon, 2021).

You don't have permission to register