
Puisi-Puisi Julia F. Gerhani Arungan
Subuh Sungsang
Tanganmu menggapai
sisa-sisa semalam di atas seprai:
Tubuhku- asing,
berat karat dan lunglai!
Pagi Jelang
Tidak ada ketapel David yang kupinjam,
maka terbenamlah kuku-kuku Goliath, liat dan dalam
Tidak ada sumpah Drupadi pada Dursasana nanti
maka merah mengeramasi rambut sendiri
Perang ini terlampau raksasa
Bendera-bendera putih retih,
terbakar di ujung-ujungnya.
Sore Remang
Kukembalikan padamu
setungku hidup
yang pernah kubagi denganmu
Di atasnya,
namamu dan namaku
Bara di ujung lidah
hangus dan remah!
Senja Rumpang
Berapa lama lagi kita akan duduk di bale-bale ini,
berpura-pura menangkapi oranye di langit:
Sajak yang sudah lama kita tinggalkan
sambil kucari uban di belah pinggir rambutmu?
Malam Petang
Tadi malam kita jadi sentimentil
dan saling menyakinkan
Bahwa kita baik-baik saja
Bahwa robekan bisa disulam
Dan kepingan direkat ulang
Tentu saja kau memilikiku
dengan mata segara biru
Lantaklah tulang, isi kepala
dan masa depan-masa depan
tak tertanggungkan
Kita berlayar, aku kembali tenggelam
Kita bentangkan layar, remukku redam
Pagi ini sentimentil meninggalkan kita
Dan yang tersisa,
jiwa berkabung atas raga
belulang di lapuk cendana
Dinihari Tumbang
Telah tampak punggungmu
di atas panggung yang canggung
Kita menyanyikan ingatan-ingatan remaja
sumbang dan sungsang
tua, borok dan berlubang
Telah berbalik punggungmu
Lalu waktu, melontar kembali
panggung-panggung sepi
Lalu api, kau masih saja bara
dan di matamu, ular-ular Medusa
Lombok, 2020-2021