Fb. In. Tw.

Bertahanlah di Rumah

Takdir muram dunia ini
Kebingungan besar sejarah ini
Terimalah dengan kerendahan hati
– Faisal Kamandobat

Masih sanggupkah diam di rumah untuk melewati masa pandemi di negeri ini? Semoga kita masih diberi kekuatan dan kewarasan dalam menjalani hari-hari tanpa kepastian kapan pandemi ini akan berakhir.

Sudah dua bulan lebih kita bekerja, berkarya, atau bahkan hanya rebahan di rumah. Saat ini kita masih harus terus menahan diri beraktivitas di luar rumah kalau bukan untuk urusan mendesak. Kita kadung terkungkung wabah yang justru dianggap remeh pemerintah pada awal kemunculannya di negeri ini.

Kita harus tetap diam di rumah agar tidak terpapar dan tidak menjadi penyebar virus corona.

Bertahan di rumah barangkali sudah menjadi perkara menjemukan untuk saat ini. Namun begitu, bertahan di rumah merupakan sebuah tindakan revolusioner, tindakan heroik, setidaknya bagi diri kita sendiri.

Apalagi, hingga saat ini, apa yang dilakukan pemerintah untuk menjamin keselamatan kita dari Covid-19 ini belum benar-benar memberikan rasa aman. Pelbagai kebijakan pemerintah terkait penanganan pandemi malah membangkitkan keraguan bukan memberikan ketenangan.

Bertahanlah di rumah, meski bertahan di rumah bukan pilihan yang menguntungkan, terutama berkaitan dengan pekerjaan yang menunjang kita dalam mempertahankan hidup. Tapi, jika kita sama-sama ingin pandemi ini segera berakhir, barangkali hanya itu pilihan terbaik sementara ini.

Hampir di setiap negara yang terdampak menyarankan warganya untuk diam di rumah sebagai upaya terbaik dalam memutus rantai penyebaran virus corona. Itu juga yang terjadi di sini, di negeri yang kita cintai ini. Kita memang tidak tahu sampai kapan harus melakukan segalanya di rumah. Tapi kita harus tetap bertahan di rumah, membantu mencegah virus menyebar agar tidak menjangkiti semua orang.

Bukan, bukan ingin berdamai dengan corona. Tapi, sebagai upaya untuk mencintai diri, keluarga, serta orang-orang di sekitar kita daripada hari-hari sebelumnya.

Dan untuk menemani teman baik selama bertahan di rumah, kami sajikan kolaborasi pembacaan puisi “Kesunyian Besar Umat Manusia” karya Faisal Kamandobat. Pembacaan puisi yang dilakukan secara berantai oleh penulis dan seniman dari pelbagai daerah di Indonesia.

Kolaborasi pembacaan puisi ini sebagai bukti konkret, meskipun kecil, bahwa meski bertahan di rumah, kita masih bisa berkarya, berkreativitas, serta terhubung satu sama lain dalam mengatasi segala keterbatasan selama masa pandemi ini.

Pembacaan puisi ini barangkali tidak akan membuat pandemi cepat berakhir, tidak juga bisa mengganti kebutuhan hidup yang pokok atau menjadi solusi jitu dalam mengatasi segala kebosanan. Pembacaan puisi bersama ini hanya sebuah usaha kecil untuk tetap saling meyakinkan, bahwa pandemi corona bukan satu-satunya persoalan hidup yang sedang dan akan kita hadapi.

Jadi, teman baik, bertahanlah di rumah.[]

Media untuk Berbagi Kajian dan Apresiasi.

You don't have permission to register