Fb. In. Tw.

Mempopulerkan Hijab di Komunitas Kreatif Cimeuhmal, Subang

Perempuan dengan segala keberagamannya selalu menjadi bahan utama perbincangan baik dalam keadaan formal maupun keadaan waktu yang sifatnya senggang. Termasuk pada apa-apa yang mereka gunakan, kerudung misalnya. Kerudung sudah bukan lagi hal tabu yang digunakan oleh seorang perempuan. Selain karena mudah diakses, kerudung juga menjadi daya tarik tersendiri bagi perempuan. Seperti halnya ketertarikan perempuan-perempuan Komunitas Kreatif Desa Cimeuhmal, Subang, pada kegiatan Workshop Make Up dan Hijab” yang dipandu oleh Rangga Rahadian, Intan Pertiwi, dan saya sendiri.

(Suasana workshop make up dan hijab, fase tutorial make up. Foto: Wishu Muhammad)

(Suasana workshop make up dan hijab, fase tutorial make up. Foto: Wishu Muhammad)

Bagi mereka, hijab hanya sebatas penutup kepala yang biasa digunakan sehari-hari tanpa memikirkan unsur estetika di dalamnya. Umumnya hijab yang mereka gunakan adalah hijab yang berjenis bergo. Hijab bergo adalah salah satu jenis kerudung yang pemakaiannya cenderung lebih praktis dibanding jenis kerudung lainnya. Bentuknya lebih mirip mukena yang berukuran kecil. Kerudung bergo dianggap sesuai dengan mata pencaharian mereka sebagai buruh tani dan buruh pabrik karena pemakaiannya yang praktis tersebut. Namun, rupanya kehidupan bagi mereka tidak selesai hanya sebatas mengurusi padi di sawah dan menggunting kain di pabrik.

Hadirnya berbagai varian hijab pada masa kini membuat rasa ingin tahu mereka muncul dan ingin menyelami lebih dalam tentang hijab, termasuk proses penggunaannya. Hasrat mereka ternyata tersalurkan lewat kegiatan “Workshop Make Up dan Hijab” yang diselenggarakan oleh penanggung jawab Komunitas Kreatif di Desa Cimeuhmal.

Awalnya, kegiatan yang berlangsung adalah tutorial make up untuk kebutuhan pentas pada malam teater komunitas kreatif. Setelah workshop make up selesai dan semua wajah menjadi beragam, barulah tutorial hijab dilaksanakan.

Pada dasarnya, penggunaan hijab itu disesuaikan dengan ruang dan waktu  pemakainya. Katakanlah, pemakai hijab akan pergi ke suatu acara formal yang dihadiri para tamu undangan dari kalangan atas, secara tidak langsung naluri dari seorang pemakai hijab akan otomatis memilih jenis kerudung yang terlihat lebih sesuai dan pantas. Begitu juga dengan warga masyarakat Cimeuhmal yang sempat kebingungan dengan model dan jenis kerudung yang akan mereka pakai untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

Dalam kesempatan itu, saya memberikan lima model kerudung  dari tiga jenis kerudung yang bisa dipergunakan dalam keadaan formal maupun nonformal dan disesuaikan dengan jenis kerudungnya.

1. Hijab berjenis chifon
Jenis hijab yang mudah jatuh dan lembut ini memang sangat mudah dipakai dan bisa digunakan untuk berbagai ragam acara. Tetapi karena bahan yang mudah jatuh tersebut, kerudung menjadi mudah lepas. Oleh karena itu, sebaiknya pergunakan banyak peniti atau jarum pentul untuk menahan kerudung agar tidak mudah lepas.

2. Hijab pashmina berjenis chasmire
Jenis hijab yang terbuat dari sulaman benang Turkish ini sangat fleksibel dipakai, mudah diatur, juga berbahan dingin. Jika pemakai kesulitan menggunakan peniti dan jarum pentul, hijab chasmire ini bisa digunakan tanpa menggunakan peniti atau jarum pentul.

3. Hijab paris/kerudung segi empat
Hijab ini sudah sangat lumrah digunakan oleh semua kalangan, bahannya yang tipis memang sering digunakan dengan model dilipat segitiga. Namun, ternyata kerudung paris ini pun bisa digunakan ke berbagai ragam acara formal, dengan cara me-mixkan jenis kerudung paris dengan kerudung lainnya.

(Model: Fanny, Tutorial Hijab Paris. Foto: Intan P)

(Model: Fanny, Tutorial Hijab Paris. Foto: Intan P)

Tiga jenis hijab tersebut saya pergunakan dalam acara Workshop Hijab di Desa Cimeuhmal dengan contoh dan model sampel seadanya, tidak menjadi  kesulitan bagi saya  membantu masyarakat yang notabene ibu-ibu itu untuk tampil lebih berbeda dari biasanya. Hal yang menjadi bagian terpenting adalah apapun jenis hijabnya harus disesuaikan dengan motif hijab, lipatan, serta pakaian yang digunakan. Fungsi menyelaraskan itu semua adalah agar terjadi keserasian antara pengguna pakaian dan yang dipakainya.

Harapan ke depannya, hijab bisa digunakan sebijak mungkin, pemakai hijab bisa nyaman dan merasa lebih percaya diri dengan apa yang dipakainya, seperti yang terjadi di Desa Cimeuhmal, Subang.[]

Sumber foto: Intan P & Wishu Muhammad

Pecinta dongeng dan anak-anak. Kini aktif sebagai pegiat BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing). Pernah mengajar Bahasa Indonesia dalam program Language Assistant Program (LAP) di Melbourne, Australia

You don't have permission to register