Fb. In. Tw.

Memburu Panorama Curug dan Perempuan Desa

Jurnal Kelas Fotografi toco.buruan.co
Sekitar pukul 07.00 WIB (Minggu, 15/1/2017), saya, Khoiri Setiawan, dan Rossy berangkat dari Ledeng menuju Parongpong menaiki kendaraan umum. Singgah sebentar di warung bakso yang berada di Jl. Kol Masturi. Saya bertemu Bonie Hermansyah (mentor kelas foto), Bungsu, Roy, Resti, Shafitry, dan Reza Ayunita. Berbincang sejenak tentang konsep pemotretan yang mereka usung. Kami lalu melanjutkan perjalanan menaiki sepeda motor ke kawasan Curug Layung, Parongpong, Bandung Barat.

Setelah jalan utama, saya mesti melewati jalan menanjak dan berbatu yang membuat pikiran terganggu. Tubuh saya bergetar hebat. Mungkin sekitar 30 menit saya mesti bertahan dengan ketakutan akan goncangan kendaraan. Menurut Roy, jalan memang cukup rumit tapi pemandangannya oke.

Sampai di tujuan kami di sambut bukit-bukit melandai yang berjajar pinus-pinus, desir angin, juga kicau burung yang ikut mengobati perasaan. Membuat saya merasa lahir kembali. Untuk sampai ke kawasan pemotretan saya mesti berjalan lagi sekitar 1 kilometer. Membayar tiket masuk Rp. 10.000.

Agak menguras tenaga rasanya mesti berjalan sejauh itu. Kami memaksimalkan apa yang disuguhkan alam dengan mengabadikannya dengan lensa, mengambil beberapa potret. Kemudian menyusuri jalan kembali, sambil menyegarkan diri sebagai seseorang yang hidup di antara kumuh kota dan segala persoalannya. Perjalanan tak terasa telah memakan waktu sekitar 30 menit sebelum mendengar desis air yang jatuh, tandanya kawasan yang ingin dituju sudah dekat.

Tepat saat matahari sedang terik-teriknya sampailah kami di tujuan. Bebatuan besar menjadi pijakan kami, ada dua curug sebenarnya. Curug pertama ada di ujung, dilingkupi pohon-pohon. Curug kedua agak panjang, masih aliran dari curug pertama hanya tersekat batu. Tak hanya itu, tebing sekeliling sesekali di hinggapi burung-burung yang bercicit. Semenjak kawasan ini dikelola oleh pemerintah, orang-orang mulai berdatangan, duduk menikmati suasana atau makan bersama keluarga. Kadang-kadang aktivitas seperti itu menyebabkan kawasan ini agak kumuh. Sungguh sayang sekali.

kelas-fotografi

Dalam gelaran kelas fotografi ini, kawan-kawan asuhan Bonie Hermansyah mengusung tema “Perempuan Desa”. Mereka semua langsung bersiap-siap, beberapa mencari sudut pandang yang baik di depan curug kedua, beberapa lagi mengganti kostum, sementara Bonie ikut mengarahkan mereka. Saya ikut diajak mereka untuk ikut memotret.

Bukanlah hal mudah memotret di dalam sungai selain harus bertahan berjam-jam dalam air, karena bebatuan di sana berlumut dan licin. Kami harus berhati-hati atau rela bilamana kaki terluka. Saya terkesan ketika mengambil foto. Cahaya yang mendukung, lanskap air terjun dan bebatuan besar, dilengkapi wanita-wanita dengan kebaya sambil memeragakan gerakan mandi di sungai, membuat hati saya tergetar untuk kedua kalinya. Ternyata saya masih bisa melihat ketakjuban lain di dunia ini.

Berjam-jam saya dan kawan-kawan berendam menikmati dingin yang bukan main. Kamera seolah senjata yang membunuh lanskap agar abadi, melalui berbagai macam sudut pandang berdasarkan kehendak hati. Saya dan kawan-kawan diarahkan untuk teliti dan kreatif, agar tak satupun keindahan luput dari momen yang dibidik. Dan baterai kamera memaksa saya dan kawan-kawan berhenti memotret, sementara masih banyak yang mesti dipotret barangkali.

Kami bertolak dari curug. Keindahan menjelang petang seakan tak habis-habisnya. Suara nyaring serangga, kabut yang mulai turun, langit magenta, serta pinus-pinus yang memanjangkan bayangannya seolah mengucapkan selamat tinggal kepada saya.

Sungguh pengalaman yang mahal. Kami berjalan-jalan merekam keindahan bersama-sama, mengabadikan panorama menjadi sesuatu yang dapat dikenang sepanjang waktu. Saya pulang membawa kenangan tentang Curug Layung dan Perempuan Desa, untuk kemudian kuceritakan pengalaman ini kepada Anda.[]

Post tags:

Aktivis Sekber Institut bergiat di ASAS UPI. Menulis puisi, cerpen, dan esai.

Comments
  • lukman a sya

    saya suka gaya kamu bercerita

    6 Februari 2017

Sorry, the comment form is closed at this time.

You don't have permission to register