Fb. In. Tw.

Kabar Baik dari Samudera

“Kita mencangkul untuk menanam. Kita menanam untuk memanen. Kita memanen untuk hidup. Kita hidup untuk berbahagia.”
                                 -Lagu drama musikal Kabar dari Samudera.

Indonesia seharusnya dapat menjadi negara maju dengan potensi kelautan yang dimiliki. Namun Indonesia justru mendapatkan permasalahan kompleks dari wilayah kelautan itu sendiri. Seperti penangkapan ikan secara liar yang berdampak pada rusaknya ekosistem laut atau kebijakan ekspor-impor perikanan yang membuat nelayan rugi.

Maka perlu ada solusi, salah satunya ialah membangun kesadaran masyarakat Indonesia. Proses membangun tersebut bisa dilakukan melalui kesenian, seperti yang dilakukan TK Islam Terpadu At-Taqwa dalam pementasan drama musikal berjudul Kabar dari Samudera yang merupakan salah satu rangkaian dari helaran bertajuk “Pelepasan Kelompok B dan Kelompok Bermain TK Islam Terpadu At-Taqwa” di Taman Budaya, Bandung. (Minggu, 05/05/2018)

Disutradarai oleh Dedi Warsana, pementasan ini bercerita tentang kelompok bajak laut yang ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Mereka melakukan perampasan kepada nelayan dan menangkap ikan dengan bom yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.

Jelas, upaya bajak laut mendapat perlawanan dari nelayan, petani, dan ikan. Awalnya, ikan-ikan enggan bekerja sama dengan nelayan dan memilih berjuang sendiri. Sebab nelayan juga merugikan keberadaan mereka. Namun setelah mendapatkan penjelasan mengenai rantai makanan oleh gurita, mereka akhirnya memilih bersatu dengan nelayan dan petani sehingga berhasil mengalahkan para bajak laut.

Ikan, perompak, dan nelayan diperankan oleh anak-anak Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak. Tingkah natural anak-anak menjadi daya tarik pertunjukan kali ini. Dengan kostum warna-warni dan artistik panggung yang mendukung, drama musikal ini membuat penonton tak beranjak dari awal hingga akhir.

Drama sebagai Proses Pematangan Diri
Pementasan drama musikal Kabar dari Samudera adalah sebuah kabar yang baik. Dengan segala keluguan anak-anak, drama ini berhasil menyajikan sebuah pertunjukan kolosal yang berwarna dan sarat makna. Pesan yang ingin disampaikan pada drama ini juga begitu kontekstual dan mendalam. Siswa-siswi TK yang bermain dalam drama ini seolah mengajak penonton yang kebanyakan orang dewasa untuk merenungi drama musikal ini secara tersirat dan tersurat.

Salah satu contohnya ialah percakapan antara kapten bajak laut dengan pimpinan wilayah bajak laut.

“Laut wilayah barat bagaimana kondisinya?” tanya kapten.
“Siap, kapten! Laut bagian barat kekurangan ikan, kapten.”
“Impor dari Vietnam!” jawab kapten dengan lugas.
“Lalu wilayah selatan, bagaimana kondisinya?” lanjut kapten.
“Siap, kapten! Laut bagian selatan banjir, kapten.”
“Ini laut bukan Bandung Selatan!” ujar kapten kesal.

Lebih baiknya lagi, hal ini dapat menumbuhkan aura positif bagi siswa-siswi tersebut. Terutama sebagai bekal dalam mengembangkan diri mereka sendiri. Seperti yang dikatakan Elina Sadiah, S.Pd. AUD, Kepala TK Islam Terpadu At-Taqwa. Menurutnya, siswa-siswi belajar percaya diri, mandiri, dan sosial-emosional melalui pendidikan seni terutama drama. Sebab pada pementasan drama ini siswa-siswi belajar cara bekerja sama dan cara menghadapi panggung dan penonton.

Baca juga:
Kebangkitan Literasi di Karawang
DROP-IN DIALOGUES: Mengintip Tubuh dan Ekspresi

Ditanya mengenai persiapan dan antusiasme siswa-siswi, Elina menjelaskan bahwa proses ini memakan waktu yang sangat panjang. Kurang lebih satu tahun. Namun dari hari ke hari siswa-siswa semakin bersemangat untuk segera tampil, terutama ketika mereka lambat laun hafal dialog yang akan dimainkan.

Hal itu juga yang dirasakan Ginza (5), salah satu siswa kelompok b yang turut bermain dalam drama musikal. Ginza mengungkapkan perasaan senangnya bermain drama musikal. Selain itu, Ginza menambahkan bahwa bermain drama membuka kesempatan bagi dirinya untuk mengenal banyak teman dari kelas lain.

Meskipun demikian tetap mesti ada kontrol dari orang tua dan guru. Sebab anak-anak belum dapat memilah hal yang benar dan salah dari proses pembelajaran drama tersebut. Seperti yang diungkapkan Ginza sewaktu ditanya mengenai hal yang ia dapat dari drama. Dengan wajah lugu, Ginza menjawab, hal yang paling menyenangkan adalah (adegan) berantem.[]

Reporter Buruan.co. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI.

You don't have permission to register