Fb. In. Tw.

Edeng Syamsul Ma’arif, Pernah “Diimbau” Orangtua Berhenti Berkesenian

Edeng Syamsul Ma’arif adalah Juara I Lomba Baca Puisi Se-Jawa Barat 2014 yang diselenggarakan oleh Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) pada 29-30 November lalu. Keberhasilan Edeng menjadi juara lomba baca puisi bukanlah kebetulan belaka. Jika melihat sepak terjangnya di dunia sastra, ia telah akrab dengan jagat sastra sejak SMA. Sejumlah pestasi dalam lomba baca puisi telah sering diraihnya.

Lelaki berambut gondrong kelahiran di Cirebon, 31 Maret 1975, ini merupakan alumni Jurusan Teologi dan Filsafat Fakultas Ushuluddin jurusan IAIN (Sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama kuliah ia juga sering tampil dalam sejumlah garapan teater, baik sebagai aktor maupun sutradara, bersama Teater ESKA.

Selain membaca puisi, Edeng juga menulis cerpen, puisi, esei, skenario, resensi buku dan film. Karya tulisnya pernah terbit di Pikiran Rakyat Edisi Cirebon (sekarang HU Kabar Cirebon), Radar Cirebon, Radar Banyumas, Pikiran Rakyat, Kompas-Jabar, Seputar Indonesia, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Bernas, Yogya Pos, Solopos, Surabaya Post, majalah Film, Kuntum, dll.

Edeng juga pernah menjadi penyiar dan wartawan di radio swasta Cirebon.

Saya turut bahagia atas keberhasilan Edeng menjadi juara lomba baca puisi di Tasikmalaya. Dan, berikut adalah wawancara singkat saya dengan Edeng Syamsul Ma’arif (via fasilitas pesan di Facebook):

Yopi Setia Umbara (YSU): Salam, Kang Edeng.

Edeng Syamsul Ma’arif (ESM): Waduhhh! Asa geumpeur diwawancara ku penyair teh. Biasa ngawawancara kalah malik diwawancaraan. Hahaha…

YSU: Baik, apakah Kang Edeng melakukan persiapan khusus untuk mengikuti Lomba Baca Puisi SST?

ESM: Tidak ada persiapan khusus. Bahkan, motivasi sejak awal juga hanya ingin ngareuah-reuah acara yang kebetulan ketua pelaksananya kawan baik saya, Bode Riswandi. Saya juga mendaftar dengan malu-malu ke Bode, karena takut kalau-kalau ditolak. Maklum, dua minggu sebelumnya (atas undangan Bode) saya menjadi juri lomba baca puisi tingkat SMA se-Jawa Barat yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Kemarin jadi juri kok sekarang jadi peserta? Hahaha…

YSU: Maaf, karena saya tidak hadir di Tasik, puisi apa/siapa yang Kang Edeng baca di final lomba tersebut?

ESM: Puisi penyisihan: “Jalan Menuju Rumahmu” (Acep Zamzam Noor). Final: “Lukisan Waktu” (Amang S Hidayat).

YSU: Di luar lomba, Kang Edeng tentu sering baca puisi di tempat lain. Adakah pengalaman Kang Edeng yang paling berkesan waktu baca puisi, kapan dan di mana?

ESM: Di luar lomba, pengalaman paling berkesan baca puisi itu di Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon pada acara Haflah Akhirussanah (kelulusan santri) tahun 2008. Karena saat itu orang tua dan saudara-saudara sengaja saya bawa untuk menyaksikan. Tapi, sebenarnya, saya hanya ingin menunjukan anak saya (saat itu kelas 1 SD) yang membaca puisi duet dengan Dewi Yull. Peristiwa itu telah membuat orang tua saya menangis dan menghentikan “himbauannya” untuk mencari pekerjaan selain berkesenian.

YSU: Selain pembaca puisi, Kang Edeng juga dikenal sebagai penyair dan cerpenis. Pertanyaannya, lebih senang menulis atau membaca puisi di panggung?

ESM: Ini pertanyaan sulit. Karena masing-masing memiliki problem dan kebahagiaannya sendiri-sendiri. Dan saya menikmati keduanya.

YSU: Selain berkarya secara indvidu, kegiatan Kang Edeng di bidang sastra/seni apa saja?

ESM: Sejak 2009 saya melatih di Lawan Teater. Sebuah ekstrakurikuler yang saya bentuk di SMK Muhammadiyah Kedawung Cirebon. Pernah menjadi guru seni budaya di tempat yang sama tapi hanya bertahan dua semester. Saya resign karena terlalu sering izin mengikuti kegiatan di luar. Selebihnya, saya menjadi penonton dan pelancong kebudayaan.

YSU: Boleh cerita sedikit mengenai perkembangan (komunitas) sastra di Cirebon?

ESM: Soal komunitas sastra di Cirebon, saya melihat, hari ini, Cirebon hampir kehilangan orang-orang yang konsen dan konsisten menghidupi sastra. Beberapa komunitas yang masih ada, seperti mengalami situasi lelah yang sangat. Ditambah, intensitas pertemuan semakin sulit terjadi. Selain kesibukan individu, juga posisi orang per orang yang terpencar. Saya paham. Bagaimanapun, hidup dan menghidupi sastra, membutuhkan energi dan ketahanan luar biasa. Tapi, mungkin saja saya salah dalam melihat.

YSU: Apakah ada karya yang akan diluncurkan, atau garapan yang akan dipentaskan dalam waktu dekat ini?

ESM: Saya sedang menyiapkan semacam buku kecil: Membaca Puisi yang Baik. Juga kumpulan cerpen  Jalan Tinja. Tapi entah kapan saya memiliki keberanian untuk menerbitkannya. Kalau drama, saya dengan beberapa kawan sedang menyiapkan naskah “Kumbakarna”. Tapi prosesnya cukup panjang dan butuh kesabaran lebih.

Demikian wawancara singkat saya dengan Edeng Syamsul Ma’arif, semoga bermanfaat bagi teman-teman.

Bravo![]

Sumber foto: Facebook/Kidung Purnama

 

Pendiri Buruan.co. Menulis puisi, esai, dan naskah drama. Buku kumpulan puisi pertamanya "Mengukur Jalan, Mengulur Waktu" (2015).

You don't have permission to register