Pertama-tama, yang membuat saya terhubung dengan karya ‘Morito Dan Dua Pelayan Di Rashomon’ dari Zulfa Nasrulloh adalah bagaimana satu karya berjejaring dengan sejarah, atau dirinya berada di dalam jaringan sejarah…
read moreSudah lama saya merasa bahwa literatur Jepang adalah “sesuatu”. Selain mahakarya Musashi dan Taiko karya Eiji Yoshikawa, yang menyuguhkan romantisme historis, Jepang juga melahirkan tulisan-tulisan gelap, absurd, psikologis dan eksistensialistik.…
read moreNaskah Koleksi yang ditulis oleh Harold Pinter tahun 1961 saya pelajari melalui dua sumber, yang pertama adalah terjemahan dari naskah itu sendiri dalam Bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Toto Sudarto…
read moreAyu Permata Sari mencoba keluar dari kejenuhan menari dengan pikiran. Sebagai penari, selama ini ia merasa menari dengan pikiran, menghafal gerakan, mengingat hitungan, dan sebagainya dan sebagainya. Melalui “TubuhDANG TubuhDUT”,…
read moreTinggallah Mae di sana. Ia berteriak pada semua orang yang telah meninggalkannya. Ia berdiri di atas meja tidurnya meminta semua orang pergi dari kehidupannya.
read moreKeberhasilan alih wahana dalam Bunga Penutup Abad terasa sangat kuat di bagian akhir pementasan.
read moreSekalipun naskah yang ditulis ED Jenura ini adalah fiksi, kisah “Ronggeng Kulawu” berangkat dari fakta sejarah.
read moreDalam “Dionysus” adaptasi Suzuki, konflik yang ditampilkan bukan perseteruan manusia dengan dewa (Pantheus vs Dionysus) belaka.
read morePerbedaan perspektif terhadap novel Max Havelaar karya Multatuli ditunjukkan oleh Teater Syahid (tangsel).
read moreAbsurditas “Drama Kanon” tidak hanya sekadar pikiran tokoh saja, namun juga terwujud di dalam bentuknya.
read more